Suku Mbojo di wilayah Bima dan Dompu, Provinsi NTB memiliki salah satu warisan etnis yang dikenal dengan nama La Rimpu. Tradisi ini merupakan bentuk adaptasi dari masuknya Islam di wilayah suku Mbojo pada waktu itu. Tradisi ini merupakan penggunaan kain tradisional Bima - yang dikenal dengan nama Tembe Nggoli - sebagai penutup aurat pada perempuan Suku Mbojo pada waktu itu.
Tradisi ini merupakan bentuk adaptasi budaya dari syariat "hijab" bagi perempuan muslim sebagaimana diamanatkan dalam Al Quran.
Tradisi La Rimpu pun digunakan untuk membedakan identitas bagi perempuan Mbojo pada waktu itu. Bagi perempuan yang belum menikah, kain yang digunakan menutupi seluruh tubuh kecuali bagian mata, sedangkan pada perempuan yang telah menikah, bagian wajah boleh diperlihatkan sebagaimana mestinya.
Dalam tradisi La Rimpu, kain yang dapat digunakan adalah kain khas Bima (Tembe Nggoli). Dalam istiadatnya, La Rimpu selalu menggunakan dua buah Tembe Nggoli. Yang satu digunakan untuk bawahan, yang satu digunakan untuk penutup bagian atas. Bukan La Rimpu namanya jika tidak menggunakan Tembe Nggoli.
Karena pada prinsipnya, La Rimpu adalah bentuk adaptasi terhadap syariat Islam yang juga merupakan upaya untuk mempertahankan eksistensi Tembe Nggoli yang menjadi salah satu tradisi wastra bagi Suku Mbojo.
Saat ini, La Rimpu sudah bukan lagi menjadi bagian dari keseharian masyarakat Mbojo. Tradisi baik ini hanya diadakan setahun sekali dalam event Festival Budaya La Rimpu. Demikian halnya dengan Tembe Nggoli, hanya sedikit generasi milenial yang terus konsistem mempertahankan tradisi wastra dari masa lalu ini.
Keinginan dan motivasi untuk belajar menenun Tembe Nggoli saat ini sudah mulai pudar dan tidak lagi menjadi pilihan profesi bagi generasi sekarang. Hal ini jelas disayangkan, karena sebuah kain tradisional khususnya Tembe Nggoli merupakan buah dari ketekunan, kesabaran dan keterampilan itu sendiri. Bannyak nilai baik yang dilahirkan dari sebuah proses pembuatan Tembe Nggoli, yang menjadi kain dasar dalam tradisi La Rimpu.
Perlu ada upaya bersama untuk mengembalikan tradisi La Rimpu dalam keseharian masyarakat Mbojo saat ini. Peran negara, penggiat budaya, penenun dan masyarakat dalam menjaga eksistensi tradisi baik ini jelas harus terus didorong.
Karena tradisi La Rimpu bukan hanya sekedar penutup aurat, namun lebih jauh dari itu, tradisi ini merupakan cara generasi terdahulu untuk menyampaikan amanah mereka dalam selembar Tembe Nggoli yang penuh dengan cerita kemanusiaan dan kehidupan khususnya dalam perikehidupan masyarakat Mbojo.
Mari melestarian tradisi baik dari masa lalu ini. Belajar dari masa lalu, untuk merancang masa depan yang lebih baik.