Berawal dari rasa penasaran, gara-gara dikomporin oleh sang Pangeran Jiwa kami, "Woo.. enak loh Romo, jalan di atas api. Nanti badannya anget kayak habis dipijitin." What..!!! Jalan di atas api? Apa pula ini..?? Masak sih eikke kalah sama anak kecil...:P Ternyata tanpa harus belajar ilmu kanuragan tertentu, apalagi pake acara bertapa empatpuluh hari empatpuluh malam, "mempelajari" skill berjalan di atas api sangat mudah. Dengan catatan; persiapan pelaksanaannya harus benar-benar matang. Api yang membakar adalah api murni, bukan hasil bakaran sembarang material, sekurang-kurangnya kayu kualitas KW.2. Mangsudnya, kayu bakar yang kering, tidak busuk, diutamakan bagian batang atau pokok, bukan dahan apalagi ranting. Usahakan kayu sahaja yang ada, janganlah sampai tercampur plasik, genteng, apalagi pecahan kaca :) We're talks about "walks on fire", right? Bukan debus.. [caption id="attachment_91133" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Fire Walk di Taman Banyu Urip"][/caption] Atur kayu tersebut sehingga menjadi satu susunan yang menyerupai catwalk, karena nantinya setelah kayu-kayu tersebut dibakar akan menjadi ajang lenggak-lenggok kita. Mulailah dibakar, dari pinggir ke tengah, hingga merata. Di ujung akhir catwalk api tersebut bisa disiapkan semacam kubangan, yang bukan untuk mendinginkan kaki saja, tapi juga sebagai panglipur di akhir "perjalanan" di atas api. Sudah, tinggal jalan saja... he.he.he... Setahu saya, hanya satu tempat di Jogja nan Istimewa yang menyediakan sarana "walk on fire". Kalaupun ada yang lain, pastilah belum pernah kudatangi, alias kagak mau tau kalau ada yang lain itu. Adalah "Taman Banyu Urip" atau lebih kondhang dengan sebutan "God's Play Ground". Sebuah komunitas yang telah banyak membantu orang. Sedari tempat #curcol, hingga sebagai terminal terakhirnya orang-orang yang pingin menambah rasa percaya diri. bagaimana tidak? Setiap sebelum mulai "ritual" berjalan di atas api, pak Bambang Shakuntala [Trainer] akan memberi masukan-masukan dan ajakan untuk koreksi bathin, sebab menurut beliau, bila hati dan diri kita kurang ikhlas, tidak akan mampu berjalan diatas api. Apalagi saat hati sedang 64L4U plus gak pede, akan melangkah pun teras berat. Beberapa orang mengawalinya dengan berdoa, ada pula yang memohon sesuatu, atau pun melontarkan nadar dan nazar bila mampu melewati "ujian" kecil ini. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau." [Yesaya 43:2] Bukan hal yang aneh lagi bagi para ciptaan Tuhan seturut "citra"Nya di muka bumi ini, tentang berjalan diatas api. Banyak sekali referensi suku, aliran, dan kepercayaan yang melakukannya, seperti misalnya; Beberapa suku di kepulauan Polynesia, penganut aliran Islam Shia sebagai rasa duka atas meninggalnya Hussain cucu Nabi Muhammad, jemaat Kristen Ortodox di Yunani dan Bulgaria sebagai rasa syukur, Fakir di beberapa tempat di belahan dunia manapun, Suku Manusia Sesemak (Bushmen Tribe) di gurun Kalahari Afrika, penganut Hindu India di beberapa negara pada perayaan Thimithi, juga para penganut Tao dan Buddha di Jepang. Tak ketinggalan pula di Bali, tak hanya berjalan, malah menari di tas api/bara. Tari Sanghyang Jaran dipentaskan oleh penari lelaki yang menaiki wayang kuda (mirip kuda kepang), kemudian dengan iringan gendhing Sanghyang penari tersebut memasuki alam trance dan kemudian menari-nari di atas bara api. Pada konteks modern, berjalan di atas api telah menjadi lahan yang subur bagi para Motivator yang memasukkan hal tersebut dalam seminar-seminar mereka, sebutlah; Alan Lowis, Peggy Dylan, Tolly Burkan, Martin Sterling, Anthony Robbins, Stu Wilde, Fred Shadian, Charles Horton, Kevin Montes,Scott Bell,Vincent j Kellsey, termasuk Tung Desem Waringin di tanah air kita. :) Pada umumnya, berjalan di atas api menjadi semacam penebusan, pengkudusan hingga menjadi sebuah terapi kesehatan. Bagaimana mungkin? Telapak kaki yang menyentuh bidang panas, akan langsung mengalirkan darah hangat ke seluruh tubuh melalui arteri dan vena yang disponsori jantung. Akibatnya, tubuh akan terasa hangat dan nyaman. Dijamin lebih hangat daripada sekedar duduk-duduk di dekat perapian. Bagi penganut Kristen, kisah tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego tentu sudah tidak asing lagi, bila dikaitkan dengan manusia di dalam api. [Daniel 3:1-25]. Atau pula rujukan iman, ucapan Yohannes Pembaptis tentang Yesus. "Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." [Matius 3:11] Well, saya yakin di luar sana (maksud eikke, selain notes ini...) masih banyak literatur yang membahas tentang "Walk on Fire" lebih gamblang dan ilmiah, daripada catatan iseng belaka ini. Taman Banyu Urip bermarkas di Percetakan Kanisius, Jalan Cempaka 9 Deresan, Yogyakarta. Bila rekan-rekan tertarik, dapat menghubungi mereka dengan biaya yang jauh lebih negotiable dibandingkan para Motivator yang jelas-jelas awis mboten uwis-uwis :) See you on fire...!!! [caption id="attachment_91134" align="aligncenter" width="300" caption="Contact Persons"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H