Lihat ke Halaman Asli

Menanam di Kebun Orang

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

awalnya hanya sebuah angan karena program dari pak Gubernur Bibit Waluyo gubernurnya jateng buat bali deso bangun deso tapi lama-lama menikmati juga kondisi desa tempat dimana dulu masa kecilku kuhabiskan disini. Dengan alasan lain untuk menunggu orang tua, akhirnya terpikirkan juga untuk berbisnis sayuran.

Karena bisnis ini harus membutuhkan lahan yang tidak sedikit, maka harus berpikir berpusing ria mencari tempat tanam yang pas untuk pengembangan usaha ini. Karena lahan di rumah sudah habis oleh tanaman ibuku sendiri akhirnya ide itu keluar juga.

Ketika tak sengaja bermain ketempat tetangga yang sedang membersihkan rumput di pekarangan sedangkan pekarangan itu sebenenarnya bukan miliknya, tapi dia berusaha membersihkan karena merasa tak nyaman dengan kondisi itu.

Ngobrol kesana kemari tak karuan mulai dari pekerjaan di kota sampe ingin membuka usaha sendiri, karena melihat tetanggaku yang dengen sukarelanya membersihkan pekarangan orang lain akhirnya ketemu ide untuk memanfaatkan lahan pekarangan milik tetangga-tetanggaku yang sebagian besar tak difungsikan secara maksimal untuk mencari penghasilan. Karena sebagian besar dari mereka berpikir lebih baik lahan tak berfungsi daripada dipinjamkan ke orang lain untuk ditanami.

Melihat potensi yang begitu besarnya dari lahan pekarangan yang tak termanfaatkan secara maksimal itulah akhirnya dengan semangat terus maju pantat mundur dengan memberanikan diri untuk meminjam lahan untuk ditanami sayuran yang lebih produktif dengan harapan tanpa mempunyai lahan dapat menghasilkan uang.

meskipun dengan alotnya dan sempat pesimis juga dengan pandangan sebagian besar tetangga yang kurang yakin dengan ideku, akhirnya beberapa orang mau merelakan lahannya untuk digarap dengan perjanjian bagi hasil kalau hasil tanamnya bagus dan laku dijual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline