Lihat ke Halaman Asli

DAyat RM

Kompasianer

Penyimpangan Makna Jamu di Kalangan Masyarakat

Diperbarui: 15 Desember 2023   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pictured by: rdk.fidkom.uinjkt.ac.id

Jum'at Sore 

Jum'at sore adalah hari gajian bagi sebagian besar warga Pekalongan, Karena gajian umumnya diberikan Mingguan bukan Bulanan untuk pekerja sektor perbatikan. Badan letih dan pegal-pegal setelah berkerja, keluh kesah menghiasi suasana senja. Gaji yang sekelumit, dengan kebutuhan pangan yang makin melecit menjadi pembuka obrolan. 

Meski kondisi sulit obrolan para pekerja selalu mengasikan dengan canda dan gurauan. Namun, sore itu terdapat sebuah kalimat yang cukup mengelisik hati dan pikiran. Kalimat itu adalah "gimana kalau nanti malam kita njamu, biar badan fresh lagi" sambil mengeryitkan dahi, sebuah ekspresi yang menurut saya tidak diperlukan "kalau hanya untuk sekedar minum jamu". 

Yah,,,, memang sudah lazim rasanya ketika ajakan "njamu" sebenarnya merujuk pada mabuk-mabukan.  Walaupun saya bukan seorang yang kritis, tapi hati terusik bila mendengar istilah Pengobatan tradisional khas Indonesia tersebut menjadi kamuflase untuk hal-hal negatif. 

Bayangkan bila lambat laun jamu dikonotasikan dengan minuman-minuman memabukkan? Mungkinkah makna jamu yang sarat akan nilai-nilai religis dan historis  perlahan mengalami pergeseran?

Jamu

Bapak Jokowi yang sekarang sedang ramai menjadi bahan perbincangan karena Putranya "Gibran" menjadi calon wakil presiden, ternyata gemar minum jamu.

Dalam sebuah wawancara, Bapak Jokowi memang gemar minum jamu, hal tersebut diperkuat dengan pernyataan juru masak beliau.

Tri Supriharjo seorang juru masak kediaman bapak Jokowi, menerangkan kalau jamu minuman favorit Presiden ke-7 tersebut adalah Jamu Temulawak. Dengan komposisi 8 potong Temulawak, Kunyit 6 Potong dan Jahe 3 potong. 

Menurut saya, jumlah potongan dalam ramuan tersebut sesuai dengan tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia "17 Agustus 1945", sekaligus Jumlah Rokaat dalam Sholat wajib 5 Waktu yaitu 17 rakaat. Apakah memang Jamu Bapak Presiden se-filosofi itu??

Mungkin memang ada kaitanya, karena Jamu sendiri memiliki makna yang cukup filosifis. Sehingga untuk meramu minuman berkhasiat tersebut harus lewat pemikiran yang mendalam terlebih dahulu,, mungkin........

Beberapa referensi menjelaskan bahwa jamu terdiri dari dua kata yaitu Jampi dan Oeshodo (Jamoe"ejaan jaman dulu"). Jampi  berarti doa atau mantra dan Oeshodo berarti upaya untuk mendapatkan Kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline