Oleh:
Romi Novriadi
Staff Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Penerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saat ini dipandang sangat penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini selain didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkonsumsi produk yang berasal dari sistem produksi yang memenuhi unsur-unsur safetydansustainable, juga didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju pertumbuhan akibat infeksi mikroorganisme patogen. Selain hal tersebut, penerapan biosekuriti juga dilakukan karena adanya kekhawatiran terhadap introduksi patogen eksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang bertindak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Oleh karena itu, dalam hal penerapan biosekuriti, prinsip-prinsip yang harus diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai komponen yang meliputi tindakan pencegahan, pengendalian dan pemusnahan berbagai penyakit infeksius serta berbagai tindakan untuk menjaga kesehatan manusia sebagai pengelola produksi, hewan dan lingkungan. Dalam konteks lingkungan, penerapan biosekuriti juga dilakukan untuk mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi.
Berbeda dengan industri peternakan lainnya, akuakultur merupakan industri yang cukup unik karena memiliki beberapa jenis sistem produksi yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis ikan yang dibudidayakan. Sistem produksi ini meliputi: (1) sistem produksi indoor,termasuk produksi benih di hatchery dan aplikasi Recirculation Aquaculture System (RAS), serta (2) sistem produksi outdoor yang meliputi penggunaan keramba jaring apung di perairan bebas hingga kepada aplikasi kolam terintegrasi dengan sistem pergantian air yang intensif. Kondisi ini menjadikan akuakultur memiliki komponen biosekuriti yang lebih kompleks dan disesuaikan dengan karakter produksi. Walaupun demikian, sesuai dengan tujuan biosekuriti, dalam prakteknya penerapan prinsip-prinsip utama seperti halnya identifikasi sumber infeksi, Analisa faktor resiko dan tindakan pengendalian, tetap harus dilakukan secara konsisten untuk mengurangi terjadinya resiko penyebaran penyakit.
Sumber infeksi
Penerapan biosekuriti akan dapat dilakukan secara efektif bila kita mampu mengidentifikasi berbagai sumber penyakit dan kemudian mengambil langkah untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan pathogen dimaksud dalam siklus produksi. Penyebaran penyakit umumnya terjadi ketika spora atau bibit penyakit berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain melalui berbagai perantara, seperti melalui teknisi pengelola, peralatan, kendaraan, hewan liar, transfer benih dan sumber air yang digunakan. Beberapa penelitian bahkan menyebutkan penyebaran Viral Nervous Necrosis (VNN) dapat terjadi dari satu bak ke bak yang lain melalui penggunaan alat siphon yang sama untuk beberapa unit produksi. Bahkan, kulit, pakaian hingga siklus fisiologis pencernaan hewan liar disekitar lokasi menjadi rute dan siklus umum untuk penyebaran penyakit. Sumber penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal dari pakan khususnya pada siklus produksi benih. Penggunaan rotiferatauartemiayang terinfeksi dapat menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit infeksius serta kontaminasi aflatoksi pada pakan dapat mempengaruhi tingkat kelulushidupan ikan.
Tindakan pengendalian
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertikal dari induk ke benih yang dihasilkan ataupun secara horizontal selama proses produksi. Pencegahan terhadap introduksi ikan budidaya ke lingkungan bebas juga menjadi tugas penting dalam aplikasi biosekuriti . Oleh karena itu, tindakan pengendalian berikut dapat dilakukan untuk penerapan biosekuriti:
- Penggunaan media air pemeliharaan yang bebas patogen dan bahan kontaminan. Proses filtrasi bertingkat yang meliputi filtrasi mekanis, biologis serta dilengkapi dengan UV atau ozon menjadi salah satu titik kontrol penting dalam komponen biosekuriti.
- Seleksi induk bebas penyakit serta penggunaan induk dengan variasi genetik yang beragam. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi status kesehatan dan sistem imun benih yang dihasilkan yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan.
- Penggunaan benih yang memiliki sertifikat bebas penyakit dan berasal dari hatchery(panti benih) yang tersertifikasi
- Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja, bak inkubasi, bak pemeliharaan, kultur fitoplankton, pakan dan personil yang terlibat dalam proses produksi. Prosedur dan pembuatan bahan desinfeksi termasuk gambaran umum tentang penempatan bak desinfeksi kaki untuk personel terangkum dalam SNI 8230:2016
- Tindakan karantina terhadap induk dan benih yang berasal dari sumber eksternal. Satu hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina ini adalah penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus dibedakan dengan unit produksi lainnya. Pemisahan ini bertujuan untuk mengurangi berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat tindakan pengendalian intensif selama fase karantina, seperti penggunaan antibiotika, bahan kimia dan bahan aktif biologis lainnya. Titik buangan air karantina juga menjadi perhatian penting dan harus dipisahkan dengan titik air input atau yang digunakan untuk produksi. Air buangan harus dikendalikan secara khusus dengan menggunakan desinfektan atau melalui sistem biofiltrasi bertingkat. Hal ini bertujuan untuk mencegah aktifnya mikroorganisme dalam bahan aktif biologis yang digunakan selama proses karantina, seperti probiotik dan vaksin, atau patogen yang berasal dari media transportasi, pada suhu dan kondisi lingkungan tertentu. Tindakan sterilisasi air buangan ini juga bertujuan untuk mencegah masuknya bahan kimia yang digunakan selama proses karantina dan dan berpotensi dapat menimbulkan kontaminasi di lingkungan produksi.
- Eliminasi hewan lain yang berpotensi sebagai vektor penyebaran penyakit dalam sistem produksi serta konstruksi bangunan yang dapat mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi. Di Amerika Serikat, industri lele Channel catfish mengalami kerugian ekonomi yang cukup besar akibat penyebaran parasit oleh burung pelican Pelecanus erythrorhynchus dengan menggunakan siput sebagai inang perantara. Penyebaran wabah penyakit juga dapat terjadi akibat berpindahnya ikan mati oleh burung atau hewan lainnya dari satu unit produksi ke unit produksi yang lain.
- Gunakan estimasi padat tebar yang tepat dengan merujuk kepada publikasi ilmiah atau pengalaman selama produksi. Padat tebar yang melebihi carrying capacity berpotensi menimbulkan stress dan menyebabkan lemahnya sistem imun sehingga ikan menjadi lebih rentan terinfeksi patogen.
- Penerapan monitoring dan surveillance yang konsisten di setiap unit produksi. Selain untuk identifikasi patogen, kegiatan ini sebaiknya juga diarahkan untuk identifikasi organisme yang memiliki kemungkinan sebagai carrier penyakit dengan tidak menunjukkan gejala klinis spesifik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran horizontal akibat degradasi kualitas lingkungan dan menurunnya sistem daya tahan tubuh ikan.
- Penerapan berbagai standar produksi yang dapat bersinergi positif dengan penerapan biosekuriti, seperti Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Bila merujuk pada ketentuan internasional, para pelaku usaha dapat menyesuaikan penerapan dimaksud sesuai dengan prinsip-prinsip Good Management practices (GMPs) hingga kepada persyaratan yang lebih spesifik untuk sertifikasi produk, seperti yang tercantum pada dokumen standar Aquaculture Stewardship Council (ASC)
Biaya penerapan biosekuriti
Kerugian ekonomi yang diderita akibat merebaknya wabah penyakit cukup besar. Estimasi dari World Bank menyatakan kerugian ekonomi global akibat infeksi penyakit di industri akuakultur melebihi USD 6 milyar/tahun. Keuntungan dari penerapan biosekuriti bersifat universal dan mungkin dapat diinterpretasikan secara berbeda tergantung dari sudut pandang para pelaku usaha dan pengambil kebijakan. Namun, yang terpenting adalah investasi kesehatan lingkungan yang dilakukan saat ini dapat menjamin keberlanjutan produksi dan mengurangi kerugain ekonomi per setiap kematian ikan akibat infeksi penyakit. There is no one size fits all solution, tidak ada satu solusi yang dapat mengatasi semua permasalahan, namun setidaknya penerapan biosekuriti dapat mengurangi kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit dan meningkatkan reputasi perusahaan dan produk yang dihasilkan melalui sistem produksi budidaya.***