Lihat ke Halaman Asli

Uang Rokok "Agiah Taruih"

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1335855746219257351

[caption id="attachment_178471" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi"][/caption]

Syahdan, di sebuah "Negeri Antah Berantah" amat tersohor, namun paradoks; tanahnya amat subur lagi makmur tapi masyarakatnya banyak yang melarat. Pengabdi masyarakat hidup dengan penghasilan terbatas. Prajurit pembela Negeri-pun katanya dibayar dengan rendah. Alhasil, para prajurit berusaha mencari penghasilan tambahan dengan mengorbankan profesionalisme. Salah satu kelompok yang menjadi bulan-bulanan Sang Prajurit diidentifikasi dengan istilah distribusi "A" (A Kwok, A Lung, A Chai, A Tseng, dan banyak "A" lainnya.

Suatu hari, Sang Prajurit berkunjung ke sebuah toko di daerah Pecinan, sebut saja toko milik A Tseng;

Prajurit : "Koh, gimana jualan hari ini, rame ga?" (Mengawali pembicaraan dengan basa basi)

A Tseng : "Haiyyaa, lumayan, Pak. Owe hali ini dapak untung besa ha" (Dengan logat Glodok yang kental)

Prajurit : "Saya mau minta bantuan nih, Koh!"

A Tseng : "Haiyya, Owe bisa bantu apa?" (Sudah mulai harap-harap cemas)

Prajurit : "Saya minta uang rokok"

A Tseng : "Haiyya, gimana kalo Owe kasih lokok saja?" (lokok = rokok)

Prajurit : "Mentahnya aja, Koh, soalnya buat bagi-bagi di kantor" (Mentahnya = uang)

A Tseng : "Okeh okeh, nih!" (Sembari menyodorkan uang)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline