Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, ras, budaya, adat istiadat yang tinggal di antara tujuh belas ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Dengan keanekaragaman tersebut menjadikan Indonesia kaya, kaya akan budaya bangsa. Keanekaragaman itu bukanlah menjadi perbedaan melainkan menjadi kekuatan persatuan Indonesia yang bersenyawa dalam jiwa bangsa Indonesia.Namun, kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki banyak keberagaman ini berpotensi menimbulkan konflik. Konflik-konflik yang bisa merugikan individu, kelompok masyarakat, maupun bangsa Indonesia secara keseluruhan. Setiap warga Indonesia, diharapkan bisa menerima perbedaan tanpa menghakimi dan tidak merasa dirinya atau kelompoknya lebih baik dari kelompok lain. Oleh karena itu, Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Negeri Malang, salah satunya yakni prodi Pendidikan Fisika mengadakan kegiatan diklat Wawasan Kebhinekaan Global.
Wawasan kebhinekaan global merupakan sebuah pandangan yang mengakui dan menghargai keberagaman budaya, agama, bahasa, dan ras di seluruh dunia. Pandangan ini menekankan pentingnya untuk memelihara hubungan yang harmonis dan saling menghargai antara berbagai kelompok masyarakat, tanpa mengabaikan perbedaan yang ada di antara mereka. Nilai kebhinekaan sendiri mengandung makna penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan damai. Nilai ini mencakup sikap toleransi, saling menghormati, kerjasama, dan menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang membuat kita unik.Untuk mahasiswa PPG prajabatan, nilai kebhinekaan juga sangat penting nantinya dalam membangun hubungan yang baik antara sesama pegawai dan masyarakat. Dengan memahami dan menghargai keberagaman di sekitar kita, maka kita dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan efektif kepada masyarakat.
Kegiatan Diklat diadakan tanggal 12 April 2023 di gedung A21 lantai 3 dimulai pada jam 07.30-14.45 WIB, yang diikuti oleh seluruh mahasiswa prodi pendidikan fisika khususnya kelas Fisika 001 dengan jumlah 25 mahasiswa yang dipandu oleh 2 instruktur, yakni Dr. Edi supriana, M.Si dan Khusaini, S.Pd., PhD. Banyak aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan diklat tersebut. Alur pembelajaran pada diklat mengikuti MARKA (Mulai dari diri, Aktivitas, Refleksi, Konsep, Aplikasi) pada setiap topiknya.
Pada Diklat WKG ini membahas 5 topik yang terdiri dari Kebhinekaan Global, Kebhinekaan Indonesia, Damai dengan Diri, Sekolah Bhineka dan Sekolah Damai. Pada setiap topik yang disajikan oleh pemateri diselipkan dengan permainan-permainan yang berhubungan dengan kebhinekaan, sehingga mahasiswa PPG yang mengikuti Diklat menjadi lebih antusias dan bersemangat. Selain pemaparan materi dan permainan-permainan yang menyenangkan, peserta diklat juga diberikan pre-test dan post-test mengenai Wawasan Kebhinekaan Nasional untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman mereka. Sesi diklat diakhiri dengan kegiatan penutup oleh pemateri beserta refleksi bersama.
Topik 1
Pada topik 1 kita belajar mengenai Kebhinekaan Global dengan tema Dunia yang Berwarna. Topik ini mengajarkan kita bahwa Kebhinekaan merupakan sesuatu yang harus dirayakan bukan malah menjadi alasan untuk timbulnya permusuhan dan perpecahan. Dengan kebhinekaan, kita akan menjadi kaya akan pengetahuan serta dunia akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam topik ini kita juga belajar bahwa dalam kebhinekaan pasti ada kaum mayoritas dan kaum minoritas. Sebagai kaum mayoritas, sebaiknya jangan melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas. Menjadi kaum minoritas tidak perlu merasa khawatir dan minder, setiap orang berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri-sendiri. Antara kaum mayoritas dan kaum minoritas hendaknya saling menghargai dan saling berbagi pengalaman satu sama lain sehingga akan memperluas pengetahuan yang dimiliki karena semakin luas pengalaman dan pergaulan maka akan semakin membuat kita cerdas. Kunci sukses di abad 21 yaitu creativity, communication, critical thinking, collaboration.
Topik 2
Pada topik 2 kita belajar lebih lanjut mengenai kebhinekaan dalam lingkup yang lebih spesifik, yaitu dalam suatu negara. Topik 2 yang bertemakan Negeri Penuh Harmoni menyajikan perbedaan makna antara toleransi, intoleransi, dan radikalisme. Toleransi adalah sikap saling menghormati, saling menerima, dan saling menghargai ditengah perbedaan yang ada. Sedangkan intoleransi adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada SARA. Radikalisme sendiri diartikan sebagai sikap atau tindakan menetang salah satu dari empat pilar kenegaraan, yaitu: NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan UUD 1945. Dalam topik ini juga disajikan beragam praktik toleransi di berbagai pelosok negeri, diantaranya yang dilakukan di sekolah, di pesantren, maupun di lingkungan masyarakat. Dengan memaknai ketiga hal di atas dan dimaksimalkan dengan berbagai praktik toleransi yang telah dilaksanakan sebagai teladan yang baik, diharapkan mahasiswa mampu menjadi moderat yang baik dalam menanggulangi tantangan intoleransi yang semakin meninggi.
Selanjutnya pada topik 3 kita belajar mengenai "Damai mulai dari diri" yang berisi tentang memahami identitas diri dan memberikan contoh sikap kasih sayang pada diri sendiri. Dari topik ini kita memahami bahwa setiap manusia memilik identitas diri masing-masing yang dapat memberikan kepercayaan diri namun terkadang terdapat beberapa orang yang dengan sengaja menyembunyikan identitasnya karena hal tertentu. Memahami identitas diri sangat lau penting bagi kita untuk menambah rasa percaya diri, menghargai diri sendiri serta memberikan kasih sayang seperti ucapan terimakasih dan selalu merawat diri agar dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup.
Pada topik 4 tentang Sekolahku yang Bhineka, mahasiswa di minta bermain peran sesuai dengan peran yang telah di tentukan antara lain kepsek yang demokratis tapi plinplan, ketua forum orang tua yang konservatif, siswa yang eksploratif, guru yang kreatif namun sibuk dengan banyaknya tugas serta pihak yayasan yang demokratis, teliti, dan hati-hati. Setelah memilik peran peran masing masing selanjutnya setiap kelompok diminta untuk melakukan pertemuan dan membahas mengenai agenda masing-masing. Dari kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa sebagai calon guru profesional nantinya dapat membuat rencana projek aktivitas kebhinekaan seperti kegiatan besar keagamaan, pentas seni, berkolaborasi dengan sekolah lain yang berbeda agama atau budaya untuk membuat suatu karya serta mampu mengimplementasikannya disekolah dengan adanya perbedaan, pendapat, serta aspirasi dari masing-masing pihak terkait.
Topik terakhir yaitu "Sekolahku yang Damai" yang bertujuan agar mahasiswa atau calon guru dapat menganalisis adanya ancaman, kerentanan, dan kapasitas di sekolah untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang damai. Sekolah damai yaitu sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan dan menciptkan budaya damai.