Lihat ke Halaman Asli

Rumi Alfianor

Instagram: @abu_umarsyafiq

Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. Ungkap Keistimewaan Bulan Syaban

Diperbarui: 30 Januari 2024   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumen Pribadi)

Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. pada kajian islami di Masjid Hasanuddin Madjedie Banjarmasin, Senin, (29/01/24) seusai salat magrib berjamaah, mengungkapkan keistimewaan Bulan Syaban.

Bulan Syaban, ujar beliau, juga merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dan mulia. Karenanya, memuliakan dan mengistimewakan yang dimuliakan dan diistimewakan oleh Allah SWT merupakan tanda ketakwaan hati.

Salah satu keistimewaan Bulan Syaban, menurut Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. ialah pada bulan itu, diangkat oleh Allah SWT melalui malaikat-malaikatnya amalan-amalan kita selama satu tahun.

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Bulan itu (Sya'ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Pada bulan Syaban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa." (HR An Nasa'i)

Lebih lanjut, beliau menjelaskan, menurut para ulama, amalan itu diangkat di tiga waktu, harian, pekanan, dan tahunan. Di setiap harinya, malaikat silih berganti mengawasi kita, yakni di penghujung malam dan di penghujung siang. Sedangkan yang bersifat pekanan, ialah pada hari senin dan kamis.

Inilah, kata beliau, yang sering menjadi perhatian para salafussalih dan kalangan sahabat-sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Di mana mereka selalu memperhatikan dan berusaha untuk menampilkan yang terbaik ketika hari itu amalan-amalan mereka diangkat oleh Allah SWT.

"Dijelaskan oleh Ibu Rajab Bin Hanbal dalam kitab Latha'if al Ma'arif, bahwa para tabiin ketika di hari yang mereka mengetahui hari itu adalah hari di mana amalan-amalan diangkat, mereka saling curhat dengan pasangan mereka. Sang istri, curhat kepada suami. Suami curhat kepada sang istri sambil meneteskan air mata dan mengatakan; 'Wahai suamiku, amalan kita akan diangkat, apa yang sudah kita lakukan, apakah kita sudah melakukan yang terbaik ataukah justru dalam hari ini banyak kekurangan yang kita kerjakan," ujar beliau.

Hal tersebut, merupakan bentuk muhasabah. Mereka senantiasa khawatir di penghujung hari, sebelum berganti pada hari yang lain. Dari sini, lanjut beliau, bisa kita ambil pelajaran bahwa kekhawatiran itu adalah suatu yang mulia. Terutama takut akan nasib kita kelak di hari kiamat.

Keterangan di atas sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al-Mu'minun ayat 60 yang terjemahannya; "dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya."

Menanggapi ayat tersebut, 'Aisyah Radiallahu 'anha menerka bahwasanya mereka merupakan orang-orang yang meminum khamr dan mencuri. Dijawab oleh Rasulullah SAW, "Bukan itu, wahai bintu Shiddiq. namun mereka merupakan orang-orang yang (rajin) berpuasa, (rajin) shalat, dan (rajin) sedekah, namun mereka khawatir amal mereka tidak diterima." (HR. Tirmidzi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline