Lihat ke Halaman Asli

Bolehkah Orang Kristen Tionghoa Merayakan Imlek?

Diperbarui: 2 Juli 2021   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bolehkah Orang Kristen Tionghoa Merayakan Imlek? | www.holidaycardsapp.com

Hari Selasa, 5 Februari 2019, orang-orang Tionghoa maupun orang-orang keturunan Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek atau yang familiar disebut sebagai Sin Cia yang ke 2570.  

Dalam National Geographic Indonesia menjelaskan bahwa kata Imlek (im=bulan, lek=penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau yang dalam Bahasa Mandarinnya disebut "Yin Li" yang berarti kalender bulan (Lunar Newyear)

Dalam sejarahnya, Imlek merupakan suatu perayaan yang dilakukan oleh para petani yang ada di Tiongkok yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru.

Perayaan Imlek ini juga berkaitan erat dengan pesta perayaan datangnya musim semi (dalam pergantian musim) yang dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama atau yang lebih dikenal dengan istilah Cap Go Meh.

Baca juga: Mengenal "Tet", Perayaan Tahun Baru Imlek di Vietnam

Dalam perayaan Imlek kita mengenal yang namanya sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta/Thian, dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari sembahyang Imlek adalah sebagai bentuk pengucapan syukur, doa dan harapan di tahun depan untuk mendapat rezeki yang lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai media "silaturahmi" dengan keluarga dan kerabat. Imlek adalah tradisi pergantian tahun, sehingga yang merayakan Imlek ini seluruh etnis Tionghoa apapun, tanpa melihat agama apa yang dianutnya.

 Ditinjau dari pandangan kekristenan, maka akan memunculkan beberapa pertanyaan praktis, yaitu apakah boleh atau perlukah orang Kristen merayakan Imlek (Sin Cia)? Bahkan lebih luas lagi, apakah boleh merayakan budaya-budaya lama kita (yang memiliki latar belakang Etnis Tionghoa)? Secara prinsip kita akan mengulas bahasan ini.

Pada umumnya dalam perayaan Imlek sekarang ini dapat kita bagi dalam dua dimensi, yaitu:

1. Dimensi Kultural (budaya). Dalam dimensi ini dapat kita lihat antara lain seperti kebersihan rumah, saling berkunjung (silahturahmi) dan makan bersama keluarga, mengucapkan selamat dan hormat kepada orang yang lebih tua, baju baru, kue untuk menjamu tamu, dan berbagi "ang pao" untuk yang lebih muda (yang belum menikah). Semuanya ini merupakan ungkapan dan kesadaran budaya/kultural etnis Tionghoa dalam perayaan Imlek.

2. Dimensi Spiritual. Dalam dimensi ini dapat kita lihat antara lain ritual sembahyang dan memelihara Meja Abu Leluhur, ritual ini sudah dimulai 1 (satu) minggu sebelum tanggal 1 Imlek dan akan berakhir 15 (lima belas) hari kemudian "Cap Go Me".

Dalam sejarah bangsa Indonesia, Perayaan Imlek dan budaya Tionghoa di Indonesia pernah dilarang pada masa Orde Baru melalui Inpres No. 14/1967. Ekspresi kultural (budaya) dan spiritual orang Tionghoa menjadi terbatas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline