Kompetensi diri merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kompetensi menunjukkan seseorang kompeten/mampu/mahir dalam bidang tertentu, namun karakter juga tidak kalah pentingnya.
Menurut Raka, dan kawan-kawan mengatakan bahwa "kompetensi membuat seseorang bisa melakukan tugasnya dengan baik, tapi karakterlah yang membuatnya bertekad mencapai yang terbaik dan selalu ingin kebih baik. Orang-orang dengan kompetensi tinggi tanpa disertai karakter yang baik dapat menjadi sumber masalah bagi lingkungannya".
Kompetensi seseorang dapat dilihat dan diukur dari pendidikannya, namun belum tentu dengan karakternya. Pendidikan yang hanya menekankan kompetensi dan mengabaikan pembentukan karakter, maka akan menghasilkan orang-orang yang berkompeten dibidangnya, namun rendah karakternya.
Thomas Lickona menyatakan bahwa ada tiga komponen penting dalam karakter yang baik, yaitu menunjukkan kebiasaan berpikir dan mengetahui hal yang baik, menunjukkan perasaan dan menginginkan hal yang baik, dan melakukan tindakan yang baik (aspek: pikiran, perasaan dan tindakan). Seperti apa yang dikatakan dalam Alkitab, Filipi 4:8-9: "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu".
Sebagai contoh dapat kita melihat kisah nyata dari 2 keluarga di Amerika. Benjamin B. Warfield dari Princenton pernah mengadakan penelitian pada tahun 1900, 2 keluarga yang hidup pada abad ke-18, yaitu keluarga Jonathan Edward dan Keluarga Max Jukes. Setelah diteliti,
Keluarga Jonathan Edward mempunyai 1.000 lebih ketutunan:
* 13 orang menjadi rektor
* 65 orang menjadi profesor
* 3 orang terpilih menjadi senator Amerika Serikat
* 30 orang menjadi hakim
* 100 orang menjadi pengacara