Aku sedang duduk di wedangan dan kemudian aku teringat sebuah film. Di film itu wedangan atau yang kita kenal sebagai hek punya adalah ruang bebas untuk bicara. Aktor-aktornya ringan membahas korupsi pejabat-pejabat tinggi.
Saling timpa ucapan sana-sini obrolan film itu seleasia dengan pesan moral, "korupsi bahkan telah dilakukan bukan hanya oleh pejabat tapi bahkan dilakukan oleh tukang parkir hingga anak SD".
Kita pasti ingat kantin sekolah. Saat bel berbunyi para siswa grudak-gruduk, berdesakan dan berebut makanan. Selesai makan beberapa dari mereka makan 2 tapi bilang 1. Asik bukan karna mungkin kita adalah salah satu dari mereka.
Wedangan, tempat itu terbiasa dalam keadaan remang di malam hari. Lampu warna kuning sering dipakai pemiliknya untuk menerangi berbagai macam makanan. Entah itu bolam plenton atau hanya sekedar tintir.
Di atas meja, gorengan adalah makanan paling dominan. Mungkin akan berpadu dengan beberapa menu lain macam sate telur puyuh, sate usus, kepala ayam dan makanan-makanan ringan dalam toples.
Menu-menu makanan yang menjadi favorit untuk dinikmati mereka yang hanya diganjar dengan gaji UMR. Nasi-nasi bungkus bertuliskan bandeng, oseng bertumpuk layaknya tumpeng untuk kemudian diambil dan dinikmati pelanggan. Terkadang si pelanggan hanya menikmati secangkir kopi, teh atau susu agar bisa duduk berjam-jam.
Begitu menyamankannya wedangan karena bahkan si pemilik pun akan ikut nimbrung obrolan dengan para pembeli. Senggol sana-sini tak terasa waktu selama 3 jam berlalu begitu cepat. "Murah ya, dengan 2 ribu rupiah saja kita bisa membuang waktu begitu lama, belum lagi pengetahuan yang didapat ketika obrolan itu bermanfaat".
Di kampung-kampung wedangan adalah jujugan para warga untuk bercerita. Berbagi pengalaman pahit saat bekerja siang tadi atau sekedar babagan prestasi dari pekerjaannya. Sesekali mereka juga akan menyinggunh kebijakan dan aturan pemerintah. Dan yang paling asik adalah ngrasani Pak Rt, Pak RW hingga Bayan dan Lurah.
Percaya Saja
Konsep wedangan hari inj mulai membanjiri pusat-pusat Kota. Wedangan- wedangan yang khas dengan simbol kesederhanaan tenda biru masih sering menghiasi mata. Tempat-tempat itu kini bersaing dengan konsep-konsep tempat yang lebih kekinian.