Lihat ke Halaman Asli

Pemilukada DKI Jakarta, Antara Isu Regional dan Nasional

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemenangan kontestasi politik selalu memiliki latarbelakang. Begitu juga Pilkada di DKI Jakarta. Ada sisi rahasia melihat kemenangan sementara yang diperoleh pasangan Jokowi-Ahok.

Sehari sebelum pemungutan suara di TPS, jika kita memantau dunia maya, ada trend menarik. Di situs yang secara khusus melakukan monitoring percakapan sosial media, yaitu www.politicawave.com, terlibat betapa pasangan Jokowi-Ahok menjadi trending topik.

Apa indikasi dari trend ini?

Melihat pemetaan sosial media ini, kita mendapatkan gambar bahwa sosial media dalam sebuah kontestasi politik memiliki peranan yang besar. Terutama dalam membangun opini.

Bahwa Jakarta secara administratif terdapat dalam batas-batas wilayah tertentu, itu pasti. Akan tetapi karakter masyarakat Jakarta tidak terbatas dalam skala regional dalam sebuah area administratif. Melainkan skala nasional. Kemajemukan masyarakat Jakarta, dan dimensi sosialita lingkungannya tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.

Peluang ini disadari secara praktis oleh Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok. Melalui tim sosial medianya, dimana secara lokalitas, baik Jokowi maupun Ahok bukanlah putra daerah Jakarta, yang artinya tidak begitu populer di kalangan masyarakat Jakarta, maka keduanya kemudian dimunculkan dalam skala nasional.

Rekam jejak keduanya sebenarnya belum mencapai reputasi yang baik. Tetapi usahanya sudah mendapatkan beberapa pengakuan dari berbagai pihak. Kita sebut saja, keduanya berhasil sebagai tokoh dalam propaganda.

Sebenarnya, pasangan Incumbent pun (Foke-Nara) tidak kalah baik dalam rekam jejak prestasinya dalam memimpin Jakarta selama 5 tahun sebelumnya. Terutama, jika mengikuti fakta konkrit yang sudah dirasakan oleh masyarakat Jakarta dalam berbagai programnya.

Media dan Political War

Pasangan Foke-Nara, selaku incumbent harusnya memiliki kekuatan yang cukup. Terutama dengan instrumen birokrasi yang dimilikinya. Begitu pun tingkat popularitas di masyarakat, terutama dengan ciri khas "kumisnya."

Akan tetapi, ketika di dunia maya suara Foke-Nara kurang terdengar, bisa dipersepsikan bahwa strategi yang dibangun Tim Sukses mereka lebih menekankan pada perang "darat" melalui berbagai mesin politiknya. Dalam kondisi ini, isu-isu regional lebih mendominasi dalam strategi kampanyenya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline