Lihat ke Halaman Asli

Kontemplasi Politik Asap Dji Sam Soe

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak Sekedar Rokok dan Merokok

Sekedar menjelaskan bahwa tulisan ini bukan pesanan dari dari PT. HM Sampoerna selaku perusahaan yang memiliki lisensi untuk memproduksi rokok kretek bermerk Dji Sam Soe, bukan pula mengkampanyekan merokok dan anti rokok. Akan tetapi berawal dari “bacaan” realitas yang saya pahami bahwa, dari sebagian diantara orang Indonesia, mereka tidak dapat melepaskan diri dari dua hal, yaitu kopi dan rokok.

Utamanya rokok, dimana pun akan kita temukan orang yang merokok. Di jalan, bis, perkantoran, Musholla dan lain sebagainya. “pemakai”nya pun sangat beragam, dari anak-anak hingga orang tua, dari kaum tradisional hingga modern, bahkan jika pun ada yang mensegmentasikan pada status ekonomi dari kalangan kelas bawah, menengah hingga kelas atas.

Terlepas dari rokok yang menurut penelitian memiliki efek negative bagi kesehatan para perokok. Sebagian orang berpendapat bahwa rokok menjadikannya memiliki dorongan motivasi, keberanian, bahkan ada yang mengatakan bahwa untuk mengetahui karakter seseorang tidak hanya paranormal saja yang memiliki kemampuan seperti itu, kita pun dapat mengetahui karakter seseorang melihat dari rokok apa yang dihisapnya, seperti halnya perokok Dji Sam Soe yang dicitrakan dengan kepribadian yang kuat, suka tantangan, memiliki mental leadership yang kuat, tetapi cenderung egois, dan lain-lain. Tidak hanya itu rokok pun bahkan terkadang menjadi symbol status dan lain sebagainya.

Wacana Politik Asap Dji Sam Soe

Di tengah kondisi politik negeri ini yang sedang mengalami krisis kepercayaan, serta arus pemberitaan media dalam berbagai dinamika permasalahan dan kasus-kasus korupsi yang tidak kunjung usai, hingga politik menjadi buah bibir dalam setiap wacana perbincangan dan perdebatan dimana-mana. Wajarlah jika politik kemudian menjadi sahabat erat dari Rokok.

Membincang rokok, tentunya kita tidak akan melupakan suatu label yang sudah tidak asing, bahwa asapnya sudah lama mengisi negeri Ini, yaitu Raja Kretek yang legendaries, Dji Sam Soe, yang berdiri sejak tahun 1913, pendirinya bernama Liem Seeng Tee yang merupakan keturunan dari Tiongkok, yang pada awalnya membuat rokok linting tangan di rumahnya, Surabaya. Menariknya, label yang digunakan adalah sebuah nama, yang bukan mengindonesia yaitu Dji Sam Soe yang merupakan pelafalan dari bahasa dialek Hokkian, yang mengandung arti 234 yang bila dijumlahkan menjadi angka 9. Hal ini kembali kepada kepercayaan pendirinya dalam tradisi Tiongkok bahwa angka 9 dipercaya membawa keberuntungan dan kesempurnaan.

Asap Dji Sam Soe seringkali mengisi keseharian kita, di iringi dengan perbincangan mengenai fenomena Politik yang akhir-akhir ini marak diberitakan media. Di Setiap tempat, dari aula kampus, ruang meeting Hotel, bahkan sekelas warung kopi pun, serasa ruang seminar ketika membincang dinamika politik. Permasalahan yang selalu dibahas selalu seperti tidak pernah habis, bahkan selalu ada celah untuk membahasnya, seperti halnya Kasus Nazaruddin dari jumlah nominal hasil korupsinya, berapa kasus yang melibatkan dirinya, keterkaitan dengan kasus lainnya, sampai dengan dugaan-dugaan keterlibatan pihak-pihak lainnya.

Selalu ada pro-kontra, walau seperti berbalas pantun, tetapi menarik untuk di ikuti. Apa lagi jika sudah mengkaitkan kasus Nazaruddin dengan Anas Urbaningrum. Beragam opini muncul, silang pendapat tidak dapat dipersatukan, satu orang di kiri keukeuh dengan analisanya bahwa Anas terlibat, dengan beberapa informasi yang didapat dari media cetak, sambil menunjukan kepada temannya, ditambah dengan asumsi politik yang dipahaminya. Tetapi disebelah kanan, tidak mau kalah, sesekali “menyela” kawannya yang di kiri, mengatakan bahwa Anas tidak terlibat, perangainya yang santun, serta karier politiknya yang bagus, hingga menyebabkan banyak orang yang iri dan takut akan masa depan kepentingan politiknya, hingga ada scenario untuk menghentikan karier politiknya.

Pendapat berbeda dating dari seseorang lelaki mengacungkan tangannya yang masih terselip setengah batang Rokok Kretek Dji Sam Soe. Dengan tenangnya dia mengajukan pertanyaan, beragam pendapat itu asalnya dari mana?, jika memang hanya tahu dari informasi media, tahu siapa yang nulisnya, bagaimana prosesnya, dari itu kemudian berbalik kepada kita, sejauh apa kebenaran dari berita tersebut?.

Sejenak, “forum ruang Kopi” itu hening, sambil menghisap dalam-dalam rokok kretek Dji Sam Soe-nya, Ia kemudian meneruskan pendapatnya, jika “ruang public” sudah terpengaruh oleh peranan media, maka menjadi wajar jika ada opini dari persepsi masyarakat terhadap sesuatu tergantung yang diberitakannya. Kita tidak tahu fakta dari kebenaran yang sesungguhnya. Betapa media telah mengisi semua sisi-sisi ruang kehidupan kita.

Wajar jika ada opini yang pro dan kontra, yang pro melihat ini dalam realitas yang diyakininya, yang kontra melihat ini dengan berita yang di bacanya, tetapi apakah ada yang sudah tahu fakta dan data yang sebenarnya, salah-salah justru kita malah menjadi hakim yang memberi penilaian yang salah terhadap sesuatu yang kita sendiri bahkan tidak tahu kasusnya seperti apa.

Hukum dan politik memang memiliki kaitan yang erat, akan tetapi bukan berarti dua hal itu tidak memiliki ruangnya tersendiri. Kasus Nazaruddin merupakan kasus hukum yang harus diselesaikan secara hukum. Jika menilik dari salah satu kasus Nazaruddin pada kasus Wisma Atlet yang sudah di putuskan di pengadilan, dugaan keterlibatan Anas Urbaningrum sama sekali tidak terbukti.

Saat ini, pada kasus Hambalang sama halnya dengan kasus Wisma Atlet, kita selalu diberikan informasi oleh media-media mengenai dugaan keterlibatan Anas Urbaningrum, hingga masyarakat pun tanpa gelar Sarjana Hukum (SH), seakan menjadi hakim dengan mudah memberi penilaian tentang Anas Urbaningrum. Sehingga biarlah jika ini menjadi kasus hukum, diselesaikan menurut hukum, apa lagi untuk kasus korupsi, Negara kita sudah memiliki lembaga khusus yaitu Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK), pengadilannya pun khusus, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TiPiKor).

Terkait dengan muatan politis, yang selalu diperbincangkan dalam kasus ini, ada dua hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, karena konstruksi media yang selalu mengaitkan ini dengan politik, karena media pun sebenarnya langsung tidak langsung menjadi agen politik dalam arena public. Kedua, karena ini terkait dengan para politisi di negeri ini, baik itu Nazarudin yang mantan bendahara umum partai Demokrat, atau pun Anas Urbaningrum yang merupakan ketua umum Partai Demokrat. Jika saja ini terjadi dalam sebuah perusahaan tentu tidak akan menjadi pembahasan politik, secara sederhananya demikian dalam pandangan pribadi saya.

Saya kira, parameter yang terukur memberikan justifikasi terkait dengan hal ini, adalah dari sisi hukum dengan segala prosedur dan perangkatnya. Dalam hal ini mempercayakan kepada lembaga resmi pemerintah melalui Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada pun kaitan politis yang terkait dengan itu adalah semacam pembelajaran politik dimasyakarat khususnya mengenai manjemen konflik dalam sebuah organisasi besar seperti Partai Demokrat.

Dalam kancah politiknya, semua partai politik memiliki ideologi, visi dan misi yang baik untuk memajukan bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita Undang-undang Dasar 1945, begitu pun dengan Partai Demokrat, yang saat ini sedang dirundung “Galau” dengan hasil Penelitian Elektabilitasnya oleh Lingkaran Survey Indonesia. Semoga permasalahan cepat berlalu, hingga eksistensinya terus menjadi maslahat untuk bangsa Indonesia.

Sebagai hikmah Dji Sam Soe, dengan simbolnya 234 yang berjumlah angka 9 sebagai simbol keberuntungan dan kesempurnaan. Bahwa istilah beruntung memiliki arti bernasib baik, mujur dan bahagia dalam artian sesungguhnya bahwa tidak ada keberuntungan “langit”, yang ada adalah proses kerja keras dan kristalisasi keringat untuk mencapai kebahagiaan sebagai muara dari kesempurnaan. (Wallahu ‘Alam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline