Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Pohon yang Membuat Walikota Marah

Diperbarui: 1 Desember 2023   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dibuat menggunakan ideogram.ai

Sepotong surat tergeletak dimeja. Kopnya menunjukkan arogansi sebuah institusi. Isinya berupa teguran keras serta ancaman agar pohon gede yang berada dihalaman rumah harus ditebang. Dikarenakan mengganggu kemaslahatan umat. 

Apa-apaan ini?

Padahal pohon itu tumbuh dengan sendirinya. Usianya sungguh tua. Sebelum kakek buyut lahir, pohon itu sudah berdiri tegak ditanah yang akhirnya jadi hak milik. 

Dulunya, kota ini adalah hutan belantara. Pohon-pohon tumbuh bergandengan merapat. Menjulang tinggi berkejaran-kejaran, saling mendahului mencari sinar matahari. Sulur-sulur akarnya ditempeli lumut tebal, mencacah apapun yang tertembus. Penuh keramat, hingga sebuah desa kecil terbentuk. Desa ditengah hutan itu tambah ramai sampai akhirnya pohon-pohon harus ditebangi lagi. Binatang-binatang menyingkir ketakutan melihat kebrutalan manusia. Kerapatan tumpas kanopi musnah. Tanah tersibak. Wilayahnya yang dulunya kecil menjadi luas, hingga menjadi kota. 

Jalan-jalan baru dibuat. Pasar-pasar didirikan. Pabrik-pabrik ditegakkan. Gedung-gedung beton menantang. Rumah-rumah bermunculan dengan segala modelnya. Orang-orang berdatangan dari segala penjuru mata angin mencari peruntungan, menambah keramaian. Segala macam modernisasi meruyak, meracuni tubuh warganya. Asap-asap  berkelindan memberangus paru-paru. Kebisingan berdentum merusak gendang telinga. 

Nenek moyang dari pemilik pohon itu-cikal bakal rumah yang Ia tempati dari generasi ke generasi-sudah mewanti-wanti agar jangan menebang pohon gede. Karena keberadaan pohon tersebut menjadi penanda jaman. 

"Potong saja ranting-ranting yang mengganggu. Selebihnya biarkan"

Sebatang pohon mengganggu kemaslahatan umat? Cara apapun ditempuh pihak pemerintah kota agar pohon tua itu ditebang. 

Pemilik pohon bersikeras tidak akan mengabulkan ancaman itu. Pohon berdaun sangat rimbun telah bertahun-tahun menjadi musik peneduh hatinya juga tetangga sekitar akan Ia pertahankan hingga titik darah penghabisan.  

"Apakah Bapak tahu, pohon ini menjadi pemicu kesyirikan dikota ini!". Walikota menyorongkan argumen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline