Lihat ke Halaman Asli

Taddabur Alam di Dua Bukit, Kinasih dan Cilenguk

Diperbarui: 8 Juli 2023   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumen Pribadi)

Kinasih, nama itu terpampang di pintu gerbang kayu yang kelihatan lapuk. Catnya telah aus digerus alam tropis. Sebuah bukit ditahbiskan dengan nama tersebut. Beberapa menit sebelumnya, pancaran kebaikan Kinasih sudah nampak dari keramahtamahan penduduknya. Perjalanan menuju obyek wisata tersebut terbentuk karena kegabutan ponakan saya(Akmal). Libur yang cukup panjang(26 Juni sampai 16 Juli) cukup mengguncang rasa nyaman. Dia butuh udara segar pegunungan supaya penat otak hilang. Rabu, 5 Juli 2023 menjadi penanggalan baginya sebagai awal penjelajahan alam. Umurnya masih 14 Tahun, tercatat sebagai siswa di sebuah SMPN Solo. Saya datang, dia sudah siap diajak berpetualang.

Parkirkan motormu dan siap jelajahi alam (Dokumen Pribadi)

Awalnya, lokasi yang pingin Akmal kunjungi adalah Bukit Gancik. Saya cegah, karena dari info yang saya dapat jalan menuju lokasi lebih curam. Disamping itu saya sebenarnya bosan melewati jalur Boyolali-Blabak (sudah sering). Akhirnya, tujuan perjalanan dipindahkan ke Bukit Kinasih dengan rute via Ampel. Jalur ini belum pernah saya tapaki. Sebenarnya, lewat Selo juga bisa. Satu jam kedepan, saya baru sadar ternyata rute yang saya pilih malah membuat tunggangan kami terseok-seok. Motor Matik Beat 2018 mengkis-mengkis. Sebersit rasa cemas menyembul.

Kondisi jalan menuju bukit Kinasih. Motor kelihatan kecil. (Dokumen Pribadi)

Selama perjalanan, Akmal menanyakan hal-hal tentang tempat yang akan kami tuju. Membagi konsentrasi dengan menjawab rasa ingin tahunya sekaligus memacu motor pada kecepatan 40/Km menjadi celah sedikit. Motor saya geber kencang kembali diatas pertanggungjawaban.

Berhenti beberapa menit pada minimarket di kota Boyolali guna membeli bekal. Ya, logistik jangan lupa, karena di lokasi tujuan(berdasar testimoni lokal guide)nggak ada warung. Sebenarnya, andaipun di puncak ada warung , saya akan tetap bawa bekal sendiri. Karena sudah jadi kebiasaan.

Perjalanan yang menyenangkan melewati jalan-jalan desa dengan ragam penampakan merupakan berkah tersendiri. Jurang-jurang, rumah-rumah, lahan-lahan hijau, sengatan bau kotoran sapi yang dibiarkan memproses diri (pupuk kandang) menjalar nikmat. Hidung seperti di tusuk jarum dua belas biji.

(Dokumen Pribadi)

Sebuah pertigaan dengan papan petunjuk kecil berwarna hijau pudar bertulis 'Bukit Kinasih' menyeret saya agar banting stang ke kanan. Jalan cor menyambut sumringah dengan tanjakan sedang, itu awalnya. Nanti didepan, tanjakan demi tanjakan dengan kemiringan menyakitkan menjadi warning bahwa motor matik tidak direkomendasikan menantang hegemoni jalur ini. Yakinlah, motormu akan menggeletak koma sebelum sampai pada lokasi. Mungkin, bila tidak berboncengan masih sanggup meraung panjang. Bobot saya 50 kg ditambah Akmal 40 kg cukup mengagetkan sang motor.

Kalian bisa mandi disini dengan limpahan air pegunungan. (Dokumen Pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline