Lihat ke Halaman Asli

Menengok Situs Candi Menggung di Desa Nglurah Karanganyar

Diperbarui: 30 Mei 2019   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kalian akan menangkap suasana kesegaran bila berada di tempat ini. Dikelilingi ladang tanaman hias beralur aliran air dari limpahan yang menyeruak lepas. Rumah-rumah penduduk menyembul seperti bergandengan erat. Pohon pinus merangkul cemara beranakpinak berjejeran menjulang di bukit belakang. 

Kondisi cuaca di sekitaran Situs ini seringkali berubah cepat, maklum saja karena masih di kawasan lembah gunung Lawu. Bila awalnya menampilkan nuansa redup tetiba kemudian cerah. Disebabkan kabut datang tanpa permisi, langit berhias mendung abu-abu mendekat gelap, dan pelan tapi pasti matahari tahu-tahu menyibak keras. Berubah-ubah.

Angin sesekali memberi jejak dengan semilir disekujuran badan. Burung-burung beterbangan menari di sekitaran situs. Serangga mendengung kencang mengikuti gerak kepalaku. Mengganggu. Lumut bertimbulan meluas di hampir pelataran bak permadani Persia. Seekor semut mencoba mencabik di atasnya.  

dokpri

Berada di desa Nglurah, Tawangmangu kabupaten Karanganyar, situs candi Menggung menyuguhkan kekontrasan. Jika kakimu belum menyentuh areal tersebut tidak akan terasa, tapi masukilah semakin kedalam atau mendekati pohon besar yang dibalut kain poleng, hawa mistis mampu bikin bulu kuduk berdiri. 

Tembok setinggi dada mengitari sebuah sesajen yang dihamparkan dialtar batu kecil depan arca. Sedangkan di luar, aktivitas warga desa terlihat semarak. Jauh dari jangkauan mistis. Anak-anak kecil berlarian sambil melemparkan petasan. Gembira ria. 

Begitulah, Ramadan pagi itu-Rabu, 29 Mei- saya mengiris waktu untuk menyambangi tumpukan bebatu dengan beberapa arca yang didirikan. Ketika datang, hal pertama yang saya lakukan adalah lapor kepada penjaga situs. Seorang pemuda aku temui sedang asik dengan notebooknya. Di dalam juga terlihat seorang anak usia belasan teronggok tidur pada sebuah balai.

"Monggo mas, menawi badhe mersani", jawabnya ramah

dokpri

Setelah melapor segera saja langkah kaki menaiki tangga batu yang ditata sedemikan rupa-sebelumnya saya disarankan agar motor dimasukkan saja dekat pos. Bilik pos terletak di pojok kanan. Sebuah tulisan: Tamu Harap Lapor terpampang dibalik kaca.  

Jam digital masih menunjuk di posisi sembilan pagi lebih banyak. Tapi aktivitas masyarakat desa Nglurah sudah sedemikan masif. Pandangan mata disuguhi tanaman hias di halaman tiap-tiap rumah. Pot-pot tertata rapi. Beberapa pembeli sedang membincangkan sesuatu. Negosiasi harga?

Itu memang pasti, karena desa Nglurah mengklaim sebagai sentra tanaman hias. 130 jenis tanaman hias dibudidayakan disini. Jelujur rapi berwarna warni akan kita temui bila kita menuju situs Menggung.  

dokpri

Mengelilingi areal situs, yang kita dapati dominasi tumpukan batu dengan bentuk ragam. Beberapa arca dengan bentuk dwarapala dan lainnya dipasang di beberapa titik. Menurut saya, penatahnya kurang ahli. Saya bandingkan dengan arca dan relief dicandi Borobudur. Buatannya halus dan jelas. Sebaliknya dengan di situs Menggung."Jangan begitu, om. Beda era beda keahlian. Mungkin juga beda guru"
"Sak karepku to"
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline