Lihat ke Halaman Asli

Kisah Bocah Dengan Kotak Amalnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin baru beberapa menit yang lalu sebelum saya menulis artikel ini,saya kedatangan seorang bocah mungil yang datang menghampiri saya,kebetulan saya sedang duduk santai di depan teras rumah. Sekilas mungkin bocah mungil ini baru berumur sekitar 7-8 tahun. Dengan mengenakan setelan khas seperti para santri pondok pesantren,lengkap dengan kopyah/peci hitam + sarung mungil yang melingkar di pinggang mungilnya. Satu hal yang mengganjal di hati saya,yaitu kotak coklat yang ia bawa ditangan kanannya
Kemudian bocah mungil ini membuka pagar lantas mengucapkan
"ASSALAMUALAIKUM,MAS AMAL MAS"


Sontak hati ini langsung bergetar hebat,antara iba dan marah bergemuruh dalam hati. Miris memang Bagaimana tidak merasa iba,bocah mungil nan lugu ini yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain dan belajar harus berjalan berkeliling berkilo-klo meter dengan menjinjing kotak amal perseginya.
Sebuah ironi,ketika budaya meminta-minta sudah ditanamkan pada bocah lugu seumuran 7-8 tahun ini. Bayangkan betapa kejinya orang yang memberi perintah untuk berkeliling meminta sumbangan kepada bocah mungil ini. Dimana akal sehat mereka....?! Apakah mereka tidak memperdulikan dampak psikologis bocah mungil ini ketika dewasa nanti. Tidak seharusnya bocah lugu ini terkontaminasi oleh hal-halyang berbau "meminta-minta"
Saya rasa tidak ada pembenaran apapun dan tidak ada alasan yang dapat diterima,ketika seseorang dengan sangat sadar memberi perintah kepada anak kecil untuk berkeliling mencari sumbangan.
Bisa kita bayangkan bagaimana mental psikis bocah mungil ini ketika dewasa nanti jika sejak usia yang sangat dini sudah diajarkan hal yang seperti ini.
Kiranya sudah saatnya kita mengubah pola pikir kita,tidak perduli diantara pelaku adalah seorang kiyai,ustad,pemuka agama dan lain sebagainya.
Yang pasti mereka tidak berhak merampas hak  serta mengeksploitasi apalagi sampai meracuni pikiran anak-anak dibawah umur dengan alasan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline