Lihat ke Halaman Asli

Rio Rio

Hehehe

Salah Tanggap Kesuksesan Orang Barat

Diperbarui: 18 Oktober 2018   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi di sadur dari https://empirepare.net/

Salah Tanggap Kesuksesan Orang Barat

"Ah sekolah itu tidak penting "begitulah jargon yang sering kita dengar dari orang-orang disekeliling kita. Memang, pendidikan formal bukan menjadi tolak ukur kesuksesan semata karena harus diakui juga bahwa banyak lulusan sarjana yang masih menganggur dibandingkan lulusan SMA, lalu apakah salah jika kita tetap berkesimpulan bahwa gelar perguruan tinggi adalah hal yang tak perlu diutamakan?

Kesalahan saat membaca Kisah inspiratif tokoh-tokoh besar

Dengan membaca banyak biografi orang-orang sukses di dunia seperti Einsten, Colonel sandres, ataupun Bill Gates, banyak dari kita menyimpulkan bahwa pendidikan formal tidaklah menjadi faktor utama untuk mencapai kesuksesan, namun kesabaran dan kegigihan seseorang-lah yang dapat menentukan sukses tersebut. Kerja keras memang harus diakui menjadi salah satu faktor yang dapat mendongkrak kesuksesan seseorang, namun banyak orang indonesia menelan mentah-mentah kisah orang-orang (luar) tersebut tanpa memandang situasi dan kondisi dalam negeri yang jauh berbeda dengan negara asal orang-orang sukses tersebut.

Kondisi kekuatan ekonomi sebuah negara yang mapan tanpa disadari juga memegang peran penting dari kesuksesan wargan negaranya. Karena dengan ekonomi yang mapan, maka negara dapat membuat anggaran khusus bagi rakyatnya yang belum memiliki penghasilan tetap, sehingga tetap dapat menjamin (paling tidak) pemenuhan kebutuhan pokok warganya.

Pada umumnya, hal ini bisa dilakukan dengan memotong harga bahan pokok di pasaran lebih murah bagi golongan masyarakat tertentu, atau dapat langsung memberikan stimulus berupa uang tunai. Sebagaimana juga yang terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu, saat berlakunya BLT (bantuan Langsung Tunai) yang sasarannya adalah rakyat miskin. Implementasi BLT yang dilakukan pertama kali pada tahun 2005 dibawah mantan pemerintah Susilo Bambang Yudhono, memunculkan ragam pro dan kontra sebab dianggap tidak tepat sasaran karena konsep kemiskinan dengan parameter pendapatan perbulan juga sering berubah akibat pergerakan mata uang asing  yang tak menentu.

Salah satu konsep yang hampir sama dengan BLT, diterapkan pula di beberapa negara Eropa, yang salah satunya dikenal dengan istilah subsidi bagi pengangguran. Konsep bantuan ini, menempatkan negara unutk berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan subsidi berupa uang tunai sampai warga negaranya dapat memiliki pekerjaan tetap atau sampai dengan umur yang telah ditentukan.

Sebagaimana dilansir liputan6.com Perancis, dikabarkan sebagai negara yang memiliki subsidi besar bagi rakyatnya yang tidak bekerja,  selain itu Pemerintah negeri fashion tersebut juga memberikan subsidi bagi penduduknya yang bekerja dan memiliki gaji dibawah 6.959 euro atau Rp 106 juta per bulan. Sementara Jerman, Estonia, Irlandia, Swedia bahkan Afrika Selatan juga tidak kalah hebatnya dalam menciptakan subsidi pengangguran dengan jumalah yang fantastis.

subsidi bagi pengangguran tersebut jarang sekali diceritakan dalam biografi kesuksesan seseorang (yang berasal dari negara maju), karena memang dianggap bagian yang sudah biasa terjadi di negara-negara maju sehingga sangat tidak penting untuk dibahas dalam sebuah biografi.

Padahal, informasi tersebut sangatlah penting bagi para pembaca buku biografi. Dari kondisi negara yang menawarkan adanya subsidi dari penggangguran tersebut maka dapat dikatakan bahwa Jika seorang pengangguran tetap diberikan uang untuk membeli kebutuhan pokok-nya, maka setidaknya ia tetap dapat berpikir karena perutnya tetap terisi untuk mencari ide-ide yang inovatif atau memiliki daya jual.

Jadi jika anda mencari tulisan inspiratif yang dapat memompa semangat anda dalam bekerja, maka tidak ada salahnya untuk merujuk juga pada biografi orang-orang lokal (indonesia) yang sukses, sehingga akan ada perbandingan antara orang barat dan orang lokal dalam melihat sebuah kesuksesan dari situasi dan kondisi yang berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline