Lihat ke Halaman Asli

Rio Rio

Hehehe

Batal Serang Guam, Korut Menjadi Negara Paling Hebat dalam Hal

Diperbarui: 25 Agustus 2017   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Sarah Rogers/The Daily Beast

Rencana latihan Militer dengan skala besar antara Amerika Serikat dan Korea selatan di pertengahan Agustus ini, memicu kemarahan orang nomor satu di Korea Utara (Korut), Kim Jong Un. Pyongyang, ibukota Korut merasa latihan perang tersebut merupakan taktik intimidasi Amerika yang terencana, sehingga memicu wacana Korut untuk menjatuhkan 4 Rudal Balistik ke arah Jepang dan Guam (wilayah milik Amerika Serikat di Pasifik)

Dalam artikel berita "Kim Jong Un Batalkan Rencana Penembakan Rudal di Guam" dikatakan bahwa Pemimpin muda Korea Utara menunda serangan misil atau peluru kendali, tetapi tidak menutup kemungkinan jika Amerika dan sekutunya tetap melakukan tindakan provokatif. Dikatakan pula bahwa Kim Jong Un membatalkan rencana itu setelah melakukan inspeksi ke tempat persiapan untuk penembakan rudal dan mempelajari jelajah rudal menuju Guam.

Dari kutipan penjelasan artikel tersebut, maka dapat dikatakan bahwa isu peluncuran Rudal masih merupakan ancaman aktif yang bisa terjadi kembali setiap waktu. Pembatalan peluncuran rudal ke Guam tidak secara eksplisit dijelaskan, tetapi dari gambaran atas kunjungan Kim Jong Un ke lokasi peluncuran rudal tersebut, terbersit rasa tak percaya diri tentang kemampuan Rudal berdaya jelajah 40.000 km lebih yang akan diluncurkan ke Guam. Walau hal ini bukan menjadi satu-satunya alasan dibatalkannya serangan ke Guam, Korut masih berkeyakinan bahwa rudal-rudal buatan mereka adalah yang terbaik.

Hobi mengancam

Ancaman atau geretakan memang seperti menjadi bagian yang terpisahkan dari Korut, akibat hal itu, maka wajar saja jika Korut dikatakan sebagai juara dalam hal menggeretak (bluffing). Pengembangan senjata nuklir, selalu dijadikan dasar bagi negara-negara didunia untuk memberikan hukuman kepada Pyongyang melalui PBB. Dari sangsi ringan sampai dengan embargo internasional, semua sudah dirasakan Korut sejak 1950-an, tetapi nampaknya sangsi yang diberikan PBB tersebut bukannya memberikan efek jera, melainkan malah memberi semangat kepada Korut untuk terus memberikan ancaman perang bagi negara-negara yang berseberangan paham.

Tindakan Korut yang gemar mengancam itu tidak dapat dilepaskan dengan permasalahan dasar kebutuhan pokok rakyatanya yaitu makanan. Ibarat kita tidak sarapan dan siangnya juga lupa untuk makan, maka dalam keadaan tertentu, emosi akan menguasai perilaku kita pada saat itu. hal yang sama berlaku pula pada Korut yang berubah menjadi "galak" sejak sumber pangannya di embargo negara-negara anggota PBB.

Bersanding pada teori keamanan negara, Korut dirasa lebih mementingkan untuk mengembangkan peralatan militernya agar mendapatkan posisi tawar yang lebih kuat dalam lingkup internasional. Dengan begitu, Pyongyang mempunyai "taring" untuk menekan negara lain yang bertentangan dengan mereka, seperti yang terjadi pada kebijakan embargo pangan maupun latihan militer yang direncanakan Amerika dan Korea Selatan. 

Selain permasalahan itu, bluffing yang gemar dilakukan Korut tidak lepas dari emosi labil sang pemimpin muda. Kim Jong Un yang baru menginjak 34 tahun, terlihat masih sangat berapi-api dalam mengambil sebuah keputusan. Karakternya sama seperti pribadi pemimpin-pemimpin muda pada umumnya, Ia sering mengambil keputusan saat terbakar emosi, sehingga mengesampingkan akar permasalahan dan dampak yang akan terjadi kedepan.

Walaupun diakui sebagai diktator bertangan besi, bukan berarti Kim Jong Un hanya mementingkan logika dan emosi pribadi semata, karena bagimanapun ia juga membutuhkan masukan dari para penasihatnya yang lebih berpengalaman. Penasihat-penasihat setia Kim Jong Un, dirasa mempunyai peranan besar untuk mengubah dan membentuk emosi pemimpinnya dengan sudut pandang yang lebih bijak. Oleh karena itu, faktor usia juga sangat mempengaruhi bluffing yang sering dilakukan Korut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline