Lihat ke Halaman Asli

Rio Rio

Hehehe

Memahami Pertanyaan "Kapan Nikah" dengan Berbeda

Diperbarui: 10 Agustus 2017   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hyur Queen || https://www.duniaku.net

Lebaran, Natal, ataupun hari besar keagamaan lainnya, memang menjadi momen paling ditunggu setiap orang untuk bertemu dan bercengkrama pada semua sanak saudara. Tetapi, bagi beberapa pemuda dan wanita lajang seperti saya, ada satu permasalahaan mendasar yang menggangu mereka, yaitu ketika ditanya "Kapan Nikah?" dengan sanak saudara yang dikunjungi.

Dalam presfektif yang berbeda, pertanyaan itu merupakan sebuah pukulan bagi beberapa orang untuk keluar dari "Comfort Zone"atau Zona nyaman. Berdasarkan Dictionary Cambridge, Comfort Zone sediri diartikan sebagai" situation in which you feel comfortable and in which your ability and determination are not being tested

Jika diterjemahkan secara bebas dapat diartikan sebagai sebagai keadaan dimana seseorang merasa nyaman / betah akibat kemampuan dan tekadnya tidak diuji.

Lantas, melalui pengertian itu, bagaimana hubungan antara comfort zone dan pertanyaan "Kapan Nikah?" yang terjadi di sekeliling kita. Menikah memang menjadi permasalahan yang tidak dapat dilihat dari sudut pandang saja, tetapi juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. 

Dalam kehidupan yang post-modern saat ini, seseorang dapat menolak menikah dengan menggunakan berbagai macam alasan dengan argumen yang seolah olah menyatakan bahwa dirinya adalah benar, padahal hal itu merupakan salah satu bentuk keegoisan didalam diri seseorang yang belum berani melompat dari comfort Zone. Beberapa contoh comfort zone yang sering dijadikan alasan pembenaraan, seperti:

Karir yang melejit

Mempunyai karir yang baik di umur yang masih muda, merupakan hal yang sangat diimpikan setiap orang. dengan penghasilan pasti tiap bulannya, tanpa ada tanggungan pada keluarga, menjadikan seseorang dapat sangat mudah untuk berbuat sesukanya. Siapa yang tidak bahagia, jika dapat membeli setiap barang yang diinginkan, tanpa harus memikirkan kebutuhan orang lain?

Keadaan ini seakan merupakan mimpi setiap orang, mereka yang sukses dalam karir terlebih dalam usia muda, cenderung ingin terus membuktikan pencapaiannya kepada lingkungan sekitar seperti yang terkangkum dalam artikel Anak Muda harus Sombong Dong! Akibatnya, kondisi itu menjadi Comfort Zone bagi sebagaian orang.

Pola Asuh

Pola asuh yang terlalu memanjakan anak, selalu menuruti kemauannya tanpa bisa menolak, adalah salah satu alasan mengapa seseorang dapat sangat terganggu dengan pertanyaan yag menyangkut pernikahan. Pribadinya tumbuh menjadi orang yang berusaha memproteksi setiap hal yang dianggap sesuai keinginannya dan berusaha menjauhkan masalah yang mendekat, hasilnya Ia menjadi seseorang yang tidak terbiasa ataupun takut untuk mengambil keputusan yang besar seperti pernikahan. Karakter ini sering didefiniskan dengan menggunakan istilah manja.

Tetapi dalam beberapa hal, Comfort Zone seperti yang dijelasakan di atas juga tidak dapat selalu dijadikan alasan bagi seseorang untuk menangkis pertanyaan tentang pernikahan. Kewajiban menikah kadang juga terbentur dengan permasalahan teknis yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain seperti, adat istiadat sebuah budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline