Lihat ke Halaman Asli

Betapa Kau Diperlukan di Malam Dingin

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Huh! [caption id="attachment_137824" align="aligncenter" width="251" caption="betapa dingin malam tiada kalian rasakan"][/caption] Lelaki mana yang tiada melihat sajian malam yang dingin dari cekikikan suara centil kalian meski di dalam mobil yang sengaja di parkir di dalam halaman hotel ini tak peduli meski terletak sepelemparan batu dari Istana Merdeka yang penting air mengalir dan isi kocek berpindah dalam kata sepakat cukup dua ratus lima puluh ribu sebagai ganti penghangat badan bagi siapapun yang siap: terserang penyakit dan mati! Suara-suara di atas merupakan pembicaraan yang terangkum dalam dialog tentang apa dan siapa mereka yang ke luar masuk dengan kendaraan yang masuk  dari arah Jalan Ir. Juanda dan memutar pohon beringin di halaman penginapan non bintang tersebut. Fenomena ini menjadi "makanan" sehari-hari dari sebilangan warga di wilayah Jakarta Pusat.  Mereka awalnya resah, namun kemudian tiada peduli karena sudah biasa dan menjadi imun. Mungkin karena warga di sekitar mampu  membentengi diri mereka  atau karena  telah umum ada di sekitar lingkungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline