Lihat ke Halaman Asli

Roman Jason Buntoro

SMA Kolese Kanisius Jakarta

Smart Plastic Segera Datang sebagai Alternatif Baru Plastik Kresek, Apa Bedanya?

Diperbarui: 14 Oktober 2022   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: MEDIUM/TheHauntingRealityOfPlasticPollution

Plastik kresek kini bersahabat erat dengan manusia, namun tidak dengan lingkungan kita. Plastik kresek membantu kita dalam berbagai hal dalam berbagai waktu, seperti memberi kemudahan dalam membawa barang, dapat didesain khusus menjadi berbagai macam alat sebagai peralatan makan, mainan, dan lain sebagainya.

Namun, keberadaan plastik kresek dapat membahayakan keadaan bumi. Meskipun sifatnya tidak sepenuhnya non-biodegradable, akan tetapi keberadaan mereka mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan. 

Berbagai kandungan polimer yang terdapat dalam plastik kresek seperti polietilen, polistiren, dan polipropilen, yang jika terakumulasi, akan meningkatkatkan pemanasan global dalam dunia.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Jika kita mengambil contoh, bila limbah plastik dialokasikan tempat pembuangannya di lingkungan tertentu, seperti tanah, laut khusus, kompos, maupun lumpur. 

Proses polimerisasi yang diikuti hidrolisis oleh mikroorganisme di tempat pembuangan akan menghasilkan produk berupa karbon dioksida dan air. Kontribusi dari karbon dioksida inilah yang akan membahayakan keadaan temperatatur dan cuaca di bumi. Mengetahui jumlah plastik yang digunakan oleh manusia setiap harilah yang mendukung siklus ini untuk terus terjadi.

 Terinspirasi dari keindahan dunia laut yang akan terancam punah, beberapa peneliti di University of Texapun bertekad dan memiliki tujuan yang dalam, yaitu untuk menciptakan plastik yang dimana keberadaannya bisa disesuaikan dengan segala bentuk kehidupan di manapun. Smart Plastic menjadi jawabannya. Sifat umum plastik yang lembut dan elastis akan didesain dalam bentuk yang keras, namun tidak hilang elastisitasnya. Apa sajakah upaya yang mereka lakukan?

"Monomer ini jadi bahan utama untuk pembuatan plastik ini, kemampuan yang dia punya untuk mengonrol kristalisasi, dan sifat fisik yang dimilikilah yang menjadikan alasan kenapa kami memutuskan untuk pakai bahan ini. " ucap Zachariah Page, seorang asisten profesor kimia.

Para ilmuwan telah lama berusaha dalam meniru sifat-sifat struktur hidup, seperti kulit dan otot, dengan bahan sintetis. Dalam organisme hidup, struktur seringkali menggabungkan atribut seperti kekuatan dan fleksibilitas dengan mudah. Saat menggunakan campuran bahan sintetis yang berbeda untuk meniru atribut ini, bahan yang diuji sering kali gagal, terlepas dan robek di persimpangan antara bahan yang berbeda.

“Sering pas saat kami menyatukan bahan, apalagi jika mereka punya sifat mekanik yang sangat beda, mereka punya kecenderungan untuk kepisah," ucap Page. Page dan timnya mampu mengontrol dan mengubah struktur bahan seperti plastik, menggunakan cahaya untuk menyesuaikan seberapa keras dan juga elastis bahan yang diinginkannya.

Karena karakteristik dari smart plastic terbuat dari satu bahan dengan sifat yang berbeda, ia lebih kuat dan dapat diregangkan lebih jauh dibandingkan bahan plastik biasanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline