Di tengah PPKM level 3-4 ini, untuk suatu urusan penting di Jawa-Bali dibutuhkan imun khusus yakni kesabaran. Sabar terhadap sulit dan mahalnya pelayanan publik di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Seperti saya. Setelah berburu vaksin di Ende, Pulau Flores, saya harus mendapatkan PCR. Di NTT, layanan tes PCR tidak banyak. Di Pulau Flores ada dua Kabupaten tetapi dengan kuota terbatas. Sementara di ibukota propinsi tersedia lebih dari dua tempat.
Pada 25 Agustus 2021 pagi saya tiba di Kupang. Saya langsung "tancap gas" memburu sejumlah tempat layanan PCR. Tentu berdasarkan rekomendasi dari teman/keluarga.
Kota Kupang yang terik tak menyurutkan semangat. Saya mendatangi Rumah Sakit Jiwa Naimata di Maulafa. Petugas keamana di depan gerbang mengatakan, "memang di sini pernah ada untuk tes PCR, tapi alatnya sudah rusak". Sudah tak enak hati untuk tanya soal harganya. Perhentian pertama gagal, ketus saya dalam hati.
Tidak patah arang, saya menuju Rumah Sakit Bhayangkara Kupang di Oebobo. Seorang petugas menemui saya ketika pintu ruangannya diketuk. Katanya, "untuk hari ini sudah tutup. Bisa datang lagi besok, untuk ambil nomor, dan lusanya baru diambil sampelnya." Katanya, "mudah-mudahan 1-2 hari hasilnya keluar."
Tidak membuang-buang waktu, saya menuju Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT di Jalan A R Hakim. Ini adalah satu-satunya laboratorium rujukan Covid-19 di NTT. Namun saat saya mengantri, petugas mengatakan kuota sudah penuh.
Setiap hari hanya menerima 50 orang. Pendaftaran melalui link: http://bit.ly/FormPCRLabKesNTT. Tertera harga Rp 525.000. Sayangnya link tersebut hanya dibuka pukul 07 pagi. Sebelum ke Kupang saya pernah mencoba mendaftar via link ini. Tapi tidak bisa dibuka. Selalu terbaca error.
Tidak ada pilihan lain. Dengan wajah lesuh saya mendatangi RS Siloam Kupang sebab informasi yang diperoleh, sangat mahal. Saya menemui bagian front office.