Ketika sedang menjalani sebuah kegiatan ataupun aktivitas sehari-hari terdapat satu perbedaan yang kadang menjerumuskan ke dalam satu pandangan yang berbeda.
Biasanya pandangan yang berbeda ini terlihat atau nampak pada respons seseorang ketika ditanya dengan rencana, agenda, atau planing yang akan ia lakukan untuk mencapai suatu tujuan. Kebanyakan dari orang yang ditanya memiliki perbedaan pada prinsip yang dirinya pegang, yaitu dilihat betapa kuatnya dia dalam memegang prinsipnya. Namun berbeda dengan orang yang berpandangan realistik, dirinya akan merencanakan suatu sesuai dengan kemampuan dan apa yang dirinya miliki, atau sederhananya dirinya tidak terlalu banyak mengambil risiko.
Ini lah yang menjadi pembeda dengan si idealis, ia berani dalam mengambil suatu keputusan yang mana itu memberi suatu kesempatan yang besar jika bisa mencapainya, namun hal ini juga sebanding dengan risiko yang dirinya akan dapat jika dirinya gagal.
Si pengambil risiko, dia adalah orang yang memiliki tekad tinggi di antara orang yang lain, memiliki kemauan yang begitu kuat untuk mencapai suatu yang dirinya ingin kan. Mungkin bisa dibilang orang dengan si idealis ini memiliki tingkat keras kepala yang cukup tinggi dan susah untuk diajak berkompromi kecuali orang itu sejalan dengan pikirannya.
Seorang yang memiliki sebuah prinsip dalam dirinya tak jarang dirinya menemukan sebuah kekecewaan dari prinsip yang dirinya pegang, bahkan terkadang jika rasa kekecewaan yang dirinya rasakan sudah tidak dapat dirinya bendung lagi akan memunculkan sebuah rasa amarah yang sangat besar dan muncul banyak pertanyaan di kepalanya.
Pandangan ini muncul dalam sebuah film Tuhan izinkan Aku Berdosa yang diperankan oleh seorang atlet taekwondo Indonesia, Agninia Haque. Dirinya berakting sebagai kiran seorang gadis yang begitu berprinsip pada agama dan tuhannya, atau mungkin lebih dikenal dengan istilah sholih.
Pada tahap tersebut Kiran telah mengalami berbagai gejolak sosial yang begitu dalam, sehingga menciptakan pandangan baru yang datang di hidupnya. Banyaknya kekecewaan yang dirinya rasakan menciptakan suatu kemarahan yang besar pada dirinya dan menutup kepercayaannya pada Tuhan.
Jika kita melihat suatu kepribadian dalam diri kita, mungkin kebanyakan dari kita memiliki suatu pandangan yang hampir sama dengan kisah kiran yang mengalami kekecewaan pada prinsip yang dirinya pegang sendiri. Hal ini hampir memiliki kesamaan dalam proses menemukan jati diri yang paling tepat pada diri pribadi.
Gejolak sosial yang muncul dan dihadapi akan selalu memunculkan pandangan baru yang bermacam-macam, bahkan dalam suatu buku prinsip sosial, Agus Comte mengatakan bahwa realitas sosial akan terus bertambah dan akan semakin kompleks, maka dari itu pandangan seorang pada suatu kejadian akan memiliki penafsiran yang berbeda-beda.
Jika kita melihat dalam sisi pandangan hidup seorang realis ada sebagai berikut, Kiran adalah seorang yang sangat saleh dalam menjalani kehidupan agamanya, maka dari itu karena agama mengajarkan tentang suatu kedamaian dan hidup dalam kebaikan, sudah seharusnya kiran akan mendapat suatu balasan yang setimpal atas kebaikan dirinya pada agama, namun justru itu yang menjadikan alasan mengapa dirinya mulai bertanya-tanya, mengapa hal yang dijalaninya tidak semulus yang seharusnya. Kemauan adalah titik manusia mulai mengalami kekecewaan dengan perbandingan logika manusia yang begitu pendek.
Penerapan konsep hidup ini memunculkan banyak pandangan dan sama bertanyanya. "Idealis adalah sifat yang ada pada seseorang yang memiliki pikiran tentang dunia yang ideal menurutnya. Meskipun sering dinilai naif dan tidak realistis, sifat tersebut nyatanya bisa memberikan banyak manfaat, mulai dari membantu orang lain menjadi lebih baik hingga bisa memberikan solusi yang inovatif." Kalimat di atas merupakan sebuah pendapat dari beberapa ahli psikologi yang melihat idealis memberikan solusi yang inovatif.