Lihat ke Halaman Asli

Rolyta Alhanifa

Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung

Bisikku Pada Hujan

Diperbarui: 3 Januari 2024   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/yJ23wacpv5AmAYLp6

Bisikku Pada Hujan

Racun, aku meminta setenggak racun yang mematikan. Biar diriku menghilang bersama serpihan kerinduan.

Kita menari dibawah tangisan langit. Berderai membasahi luka-luka. Kita berjanji melangkah bersama namun tidak pernah kudapati langkahmu mengiringi dukaku.

Kita menari dibawah wajah bulan yang kalut akan kabut. Lagi, hujan lebat mengguyur wajah-wajah yang tak saling mengingat. Sekalipun tidak pernah kudengar namaku kau sebut bersama rindu yang tak bertaut.

Kita menari dibawah hujan dengan sebuah payung hitam.
Duka dan luka saling menghantam wajah-wajah terlupakan.
Aku meminta racun biar diri tak lagi meratapi kepergian.

Terbangmu terlampau tinggi untuk diriku sandingkan. Sayap-sayapku terlalu rapuh untuk menggapai genggamanmu dan diriku pada akhirnya akan terhempas kembali kepada bumi.
Janji, aku meminta janji pada dirimu yang semakin mendingin namun kau tetap tak bergeming.
Aku meminta janjimu pada Tuhan tapi lagi-lagi takdir yang datang menyadarkan.

Hujan lebat terus mengguyur diriku yang kacau. Aku terus menari-nari dibawah awan suram yang mencari arti.
Kakiku terus menari, tubuhku terus melenggang. Sampai pada akhirnya tidak ada yang kudapatkan selain keputus-asaan didalam sebuah kesedihan.

Bintuhan,  27 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline