Aku adalah selembar baju yang hidup berulang kali dipakai dan dicuci bertahun-tahun dan begitu seterusnya. Mungkin terdengar agak membosankan tapi itu memang membosankan, titik tanpa alasan lain.
Ketika udara kering kami seperti kanebo yang kaku ditambah bau langu lalu dengan penuh rasa sabar menunggu sang Tuan datang untuk mengangkat kami satu per satu. ketika hujan bertandang kami pun berteriak-teriak agar tak lagi basah untuk kedua kalinya, ada kalanya kami jengkel ketika Tuan kami yang acuh terhadap kami. Aku bisa pastikan kami selalu tertib berjajar pada tali jemuran di halaman bisakah Tuan perhatikan.
Jika diberi kesempatan memilih untuk beringkarnasi,
Aku ingin menjadi seekor burung yang bisa terbang sesuka hati kesana-kemari. Aku ingin lihai berenang seperti ikan-ikan di kolam samping rumah tuanku. Aku ingin menjadi pohon yang memberi kehidupan. Aku ingin menjadi sekuntum mawar yang menambah roma keindahan.
Aku ingin begini
aku ingin begitu
Ingin ini, ingin itu
banyak sekali,,,
(Ost film Doraemon)
Namun aku harus sadar. Aku adalah selembar pakaian tua, dan semua yang kupikirkan hanya lah sebatas harapan pada seutas tali jemuran.
Pada suatu hari, aku menghilang diantara para jemuran karena diterbangkan oleh angin keatas pohon besar. Lalu aku melihat Tuanku seperti gelisah mencari sesuatu, hingga akhirnya genggaman sebuah tangan menyambutku dengan senyuman. Aku sadar betapa berharganya aku bagi dirinya.
Bintuhan, 11 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H