Catatan Pengantar
Adalah Edmund Husserl, seorang filsuf fenomenologi yang punya adagium tandingan terhadap Rene Descartes yang berusaha menjelaskan eksistensi manusia itu karena pikiran (Cogito ergo sum).
Sedangkan Husserl melihat bahwa eksistensi manusia adanya pada kehadiran orang lain, Cogito Cogitata (Aku ada karena Ada yang lain).
Adagium Husserl ini membawa kita pada suatu kesadaran bahwa kita tidak bisa menyangkali status kita sebagai makhluk sosial. Keberadaan diri orang lain itu pun kita butuhkan.
Ambil contoh saja dari dalam keluarga kita. Kalau sudah terbiasa hidup dalam kebisingan di rumah karena ada suami-istri, orang tua, anak lalu tiba-tiba yang satu pergi karena tugas, kita tentu merasakan kesepian.
Kita lalu merindukan kehadiran yang lain. Biar kadang hidup dalam kebersamaan itu membuat kita sedikit marah, suka mengomel dan sebagainya tetapi kita tetap merasakan bahwa bersama itu indah.
Bisa jadi masalah, amarah ketika hidup bersama itu mampu membawa kita pada kesadaran untuk mengelola dan menghargai yang namanya perbedaan.
Ego pribadi lalu kita tanggalkan dan membuka diri terhadap kehadiran orang lain di sekitar kita.
Tafsir Sederhana Atas Filipi 2:1-11
Bacaan ini pun memberikan kepada kita petunjuk tentang bagaimana caranya mengelola berbagai bentuk kepentingan diri untuk merawat kebersamaan.
Tentu di tempat paling pertama untuk belajar tentang makna memberi arti bagi kehidupan bersama itu sumbernya dari Yesus Kristus.