Lihat ke Halaman Asli

Rolin Taneo

Pemulung Ilmu

Alih Status dari Debutan ke Junior

Diperbarui: 25 Juli 2024   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menulis di Kompasiana memang punya sisi manfaat yang besar. Setidaknya, dengan menulis, ingatan dirawat dan pikiran terus diasah. Hanya saja, ketika menulis, kita kerap dihambat oleh rasa malas dan miskin gagasan. 

Faktor ini benar-benar saya jumpai ketika mulai menulis di Kompasiana. Ada waktu dimana saya produktif, ada waktu dimana saya merasakan bahwa ide di kepala sulit untuk saya kembangkan. 

Padahal, jika mau jujur, selalu ada isu aktual yang terjadi dan bisa diakses dan dianalisis lebih lanjut. Berita itu bertebaran dimana-mana. Teori pun makin berkembang. Seharusnya ada titik temu untuk bisa mendialogkan keduanya. 

Biar begitu, lagi-lagi rasa penasaran dan nalar akademis kerap kalah dengan rasa malas. Jika rasa malas ini terus dibiarkan, kita akan kalah dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan konteks. 

Ilmu yang ada itu hanya akan benar-benar mengakar dan memiliki kualitas apabila ia ada dalam dialog aktif bahkan memicu reaksi perseteruan pemikiran dalam batasan yang wajar sebagai tanda bahwa api intelektual masih menyala. 

Fakta ini juga yang penulis rasakan ketika menulis di Kompasiana. Penulis akui masih sering tersendat ketika menulis.

Rasa-rasanya penulis ingin berhenti menulis. Ini bisa ditelisik lewat masa vakum menulis di Kompasiana selama 2 minggu. 

Dari debutan ke junior itu bagi penulis punya kesan tersendiri sebagai pencapaian yang harus disyukuri tetapi juga motivasi untuk tetap aktif menulis untuk menggapai status yang lebih tinggi dalam urutan status di Kompasiana. 

Dengan cara melatih nalar menulis, membantu penulis untuk jangan menjadi akademisi karbitan yang belakangan marak dibahas karena publikasi-publikasi di media predator. Miris memang melihat perkembangan akademik di Indonesia. 

Salah satu cara untuk memberantas spirit karbitan akademik yakni mengembangkan sikap tekun menulis. Mustahil bagi seorang pemikir tetap eksis kalau tanpa menulis. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline