Lihat ke Halaman Asli

Rolin Taneo

Pemulung Ilmu

Awas Terjebak dalam Kepura-puraan

Diperbarui: 5 Juni 2024   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar


Kata lain dari pura-pura itu ialah munafik, muka-belakang, tidak konsisten, suka berbohong. 

Orang-orang yang biasanya mendapat label seperti ini sering kali dijauhi oleh sesamanya karena kehadirannya itu dianggap sangat menganggu.

Memang sikap pura-pura itu hanya akan membuat kepercayaan orang lain kepada diri kita menurun. 

Bahkan, bisa jadi mereka tidak mau melibatkan kita dalam banyak hal karena sifat dan kelakuan kita yang suka berpura-pura.

Banyak contoh tentang kepura-puraan yang bisa kita sebutkan tetapi disini saya hanya memberi satu contoh saja. 

Lihat misalnya janji. Janji itu memang hanyalah kemungkinan. Dia bisa ditepati dan bisa juga tidak. Tetapi ini bukan soal menepati atau tidak melainkan soal sikap kita yang konsisten. 

Bilang apa, ya harus lakukan itu. Jangan bilang lain lalu bikin lain. Kalau ini terjadi maka kita sementara berpura-pura.

Pendalaman Teks

Nabi Amos berasal dari Tekoa, sebuah desa kecil yang terletak sekitar  8 kilometer di sebelah selatan Yerusalem, di pinggir padang gurun Yehuda. 

Nabi Amos sebelum dipanggil, ia sehari-hari bekerja sebagai peternak domba (1:1; 7:14), dan juga sebagai pemungut buah ara hutan (7:14).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline