Lihat ke Halaman Asli

Rolin Taneo

Pemulung Ilmu

Waktu, Hidup Manusia dan Kefanaan

Diperbarui: 14 Mei 2024   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salah satu puisi terkenal dari Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan besar Indonesia yakni "Yang Fana adalah Waktu". 

Begini bunyinya :

" Yang fana adalah waktu. Kita Abadi: 

Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa. 

"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" 

tanyamu. Kita abadi". 

Menurut hemat Penulis, puisi ini merupakan dialektika atas waktu dan kehidupan fana manusia. Waktu kerap dipandang sebagai yang kekal, sedangkan hidup manusia itu fana. 

Cara pandang di atas dikontraskan oleh Sapardi. Yang fana adalah waktu dan yang abadi adalah kita. Menarik untuk kita eksplorasi makna dari puisi ini. 

Waktu itu menyingkapkan kepada kita tentang batas hidup manusia. Manusia hidup dalam waktu. Karenanya, semua yang ada pasti menuju kesudahannya alias mati. 

Syair Sapardi di atas bisa kita baca sebagai suatu bentuk hiburan atas keterbatasan hari hidup manusia. 

Manusia hanya kekal karena nama. Itupun namanya hanya tersimpan di memori orang-orang terkasih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline