Lihat ke Halaman Asli

Tiga (Ibu, Ayah, dan Tuhan)

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian aku berpikir untuk mendiskripsikan sakit ku saat ini ke dalam beberapa kata. Maka aku seketika menjadi buta aksara.
Jika bicara tentang kesakitan, sekelebat menjalar2 dalam otakku wajah kedua orang tuaku, betapa mereka menunggu kebahagiaan yang hanya akan datang dari usahaku, dari tanganku, dan dari air mataku.
Jika ibu dulu nya pernah menangis dan menjerit kesakitan karena melahirkanku, setidaknya Tuhan menungguku untuk melakukan lebih lagi yang pernah dilakukan ibuku.
Jika ayah pernah bermandikan keringat dan bekerja dalam keadaan paling lelah tubuhnya demi menghidupiku, maka Tuhan pun menungguku untuk sama bekerja kerasnya dalam membahagiakan ayahku.
Aku berusaha menjadi seperti ibuku, aku berusaha menjadi seperti ayahku, untuk membuat mereka bahagia karena mereka ayah ibuku yang telah membuatku merasakan kebahagiaan dalam hidupku.
Ribuan kali aku pernah berpikir, bahwa satu-satunya orang yang pernah membuatku bahagia adalah mantan kekasihku. Tapi saat ini aku berpikir tidak, orang itu adalah orang tuaku dan Tuhan ku. Karena jika bukan ibuku, aku tidak akan terlahir, dan jika bukan karena ayahku aku tidak akan tumbuh dan menjadi besar, jika aku tidak pernah lahir kedunia ini dan kemudian tumbuh dan menjadi besar, maka apa mungkin aku dapat bertemu dengan orang yang telah membuatku merasakan kebahagiaan yg luar biasa?? Dan jika bukan karena Tuhan yang telah mempertemukan, apakah mungkin aku merasakan kebahagiaan itu??
Maka sesungguhnya kebahagian itu berasal dari orang tuaku, dari Tuhan ku, melalui mantan kekasihku.
Jadi sejak sekarang aku akan lebih lagi mencintai ibuku, ayahku, dan Tuhanku. Hanya mereka yang mempunyai kasih yang kekal di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline