Lihat ke Halaman Asli

Berapa Tarifmu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tarifnya untuk dinner saja Rp 2 juta.” Maharani mengirim SMS kepada Ahmad Fathanah.

“Saya tak mau dinner. Ramai dan terlalu banyak orang. Kalau minta lebih dari dinner berapa?” balas Fathanah.

“Tarifnya Rp 10 juta. Apakah Bapak juga ingin ditemani teman saya yang ketemu di Senayan City?” Maharani kembali membalas.

“Tidak” SMS Fathanah meluncur.

Begitulah se-cuplik adegan dalam “sinetron politik” bertajuk PKS vs KPK yang santer diberitakan media bulan-bulan terakhir. Sebenarnya, saya agak malas membahas ini karena terlalu bernuansa politik. Lagipula, kami di ISD tidak doyan politik.

Supaya tidak melebar kemana-mana. Oleh karena itu, kita batasi saja pembahasannya pada nona Maharani.

Saya percaya, bahwa pada seburuk-buruk tindakan manusia, pasti masih ada sisi positif yang bisa di jadikan pelajaran.

Lihat saja nona Maharani dengan contoh diatas. Tarif perempuan "biasa-biasa saja" ini adalah Rp 2 juta untuk dinner dan Rp 10 juta untuk dinner++. Padahal, kalau melihat wajah dan body-nya, jujur saja, saya rasa Fatanah membayarnya terlalu mahal. Mungkin Fatanah tidak melakukan riset pasar terlebih dahulu.

Tapi, suka atau tidak suka, Maharani telah menunjukkan salah satu tindakan yang sangat profesional. Dia berani menetapkan harga! Berani menetapkan harga adalah "sesuatu" bagi penjual, dan "sesuatu" bagi pelanggan. Terlepas apakah harga tersebut kemahalan atau tidak.

Mari bandingkan ARGO-nya Maharani dengan orang-orang yg masih "have no idea" mengenai berapa mereka menghargai “waktu dan diri” mereka sendiri. Tipikal orang-orang yang “have no idea” ini sangat mudah dikenali. Mereka biasanya hidup SERBA CUKUP.

Bila uang belanja kurang, mereka CUKUP ngelus dada. Anak minta sekolah, CUKUP geleng-geleng kepala. Tetangga naik haji, beli mobil, tour ke luar negeri, mereka CUKUP ngeliatin aja. Begitulah hidup yang “serba cukup”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline