Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Desa Lekor, Desa Penghasil Tembakau Virginia di Lombok

Diperbarui: 15 September 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Budaya Rokok dan tembakau di Lombok"][/caption]Sejarah Rokok | Daripada menyebut sebagai Desa Lekor, orang mengenal desa di wilayah selatan Lombok ini dengan sebutan “Desa Tertinggal. Tanah di daerah ini cenderung kering dengan kandungan tanah liat. Penghidupan masyarakat juga tak banyak pilihan. Tanah pertanian seringkali tak tergarap maksimal. Alasan itu yang membuat di daerah ini disebut Daerah Tertinggal dan daerah kantong kemiskinan.

Sabarudin, seorang penduduk Desa Lekor, Kecamatan Janapria, Kabupaten Loteng, berkisah mengenai banyak orang di kampungnya yang lantas memilih untuk bekerja di daerah lain, di tambang-tambang dan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.

Baru pada dekade pertengahan 80-an orang-orang di desa mempunyai alternatif pencahariaan yang mampu memberikan hasil lumayan untuk biaya hidup sehari-hari. Sabarudin termasuk salah seorang yang memulai budidaya perkebunan tembakau di desa itu. Ia mendapatkan cerita dari kerabatnya di luar desa yang berhasil membudidayakan tembakau jenis virginia.

Ia pun mencoba, dengan terlebh dahulu menghubungi kemitraan untuk mendapatkan informasi dan belajar proses budidaya. Dalam ujicoba yang pertama ternyata usahanya mendapatkan hasil. Dan ia mengajak orang-orang di desanya untuk melakukan hal yang sama. Kemudian pada tahap lanjut membentuk kelompok tani Beriuk Nambah yang berarti bekerja sama-sama atau gotong royong.

[caption caption="Para Petani Tembakau di Desa Lekor"]

[/caption]

Setelah terbukti mendapatkan hasil yang lumayan, barulah ada satu-dua penduduk desa yang memutuskan kembali dan melakukan praktik yang sama. Berkebun tembakau.

Tetapi, menjadi komunitas yang dikatakan berhasil menjalankan usaha pertanian justru membuat terjadi kesenjangan di masyarakat. Begitu usai panen, pernah rumah salah satu petani dalam Beriuk Nambah didatangi perampok untuk mendapatkan uang dari hasil panen tembakau. Untung saja, tidak terjadi bencana. Mereka justru bahu-membahu melakukan penjagaan.

Selain usaha perkebunan tetap berjalan sampai sekarang. Kelompok tani Beriuk Nambah juga membuat jejaring pengaman sosial dengan membuat peternakan sapi. Bila musim sedang tak baik, maka sapi-sapi itu yang menjadi cadangan keuangan petani.

Sumber gambar: Eko Susanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline