Lihat ke Halaman Asli

ROKI CANDRA PITURA (129)

Mahasiswa KSM 23

Mahasisma KSM Unisma Melirik Potensi Cuan Ulat Hongkong di Desa Sidodadi

Diperbarui: 14 Agustus 2021   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak mujiar menyambut mahasiswa ksm unisma(FOTO;Dimas anggota ksm)

Blitar- mahasiswa KSM Unisma kelompok 23 yang dibimbing oleh ibu Kartika Rose Rachmadi, SE., MM melakukan kunjungan ke salah satu peternak ulat tepatnya Dusun Kemloko 4, Desa Sidodadi, Kecamatan garum, Kabupaten Blitar,Jawa Timur.

Desa Sidodadi tidak terlepas dari sejarah Masyarakat Sidodadi di Kabupaten Blitar. Desa ini awalnya bernama Desa Tawangsari dengan lurah seumur hidup yang bernama Jayus. Lurah Jayus adalah Kepala Desa yang dermawan, karena sangat terpengaruh oleh gaya kehidupan masyarakat Tawangsari.Karena adanya semangat perubahan maka desa ini pada tahun 1969 dipisah dan namanya menjadi Sidodadi. Nama Sidodadi didasarkan pada banyaknya sumber air bening yang ada di desa ini.Mahasiswa KSM-Tematik Roki Candra Pitura bersama anggotanya  berdiskusi proker dengan seketaris Desa perihal program yang akan dijalankan harus relevan dengan kondisi desa,KSM-Tematik yang dilaksanakan berdasarkan Domisili tempat tinggal  dilaksanakan di Desa Sidodadi.

Proses pencampuran pakan ulat (FOTO;Dimas anggota ksm)

Dengan adanya informasi dari sekertaris desa adanya komoditas di desa Sidodadi  yaitu peternak ulat hongkong dan jerman,mahasiswa UNISMA berinisiatif untuk membantu proses kegiatan UMKM yaitu terdiri dari memberi pakan,memilih indukan ulat, dan memilih ulat yang siap panen.

Mahasiswa unisma mewawancarai pelaku UMKM ulat hongkong mengenai sejarah awal berdirinya usaha, kendala -kendala saat pandemi dan sampai mana saja pemintaan ulat hongkong dan jerman.

Proses pemilihan ulat untuk dijadikan indukan (FOTO ;indah anggota ksm)

"berdirinya peternakan ulat hongkong atas ajakan seorang teman dekat,karna saat itu peternakan ulat hongkong belum banyak,saat pandemi peternakan ulat hongkong dan jerman tidak terlalu berdampak, namun terkendala pakan yang harganya meroket,awalnya harga pakan normal kurang lebih 165 ribu rupiah, setelah PPKM diperpanjang mengakibatkan harga pakan mengalami kenaikan kurang lebih 227 ribu rupiah, Penjualan ulat sudah di distribusikan ke berbagai wilayah diantaranya luar kota dan lokal, diantaranya Jambi, Lampung,Palu, Kalimantan, Jawa Tengah dan sekitarnya."ungakap pak mujiar panggilan akrabnya.

Melihat ulat-ulat siap panen (FOTO;Dimas anggota ksm)

"Ulat Hongkong dan Jerman siap di panen sekitar 6 minggu mulai dari telur hingga menjadi ulat dewasa siap panen,setiap kotak menghasikal 4 sampai 6 kilogram ulat Hongkong dan Jerman,pengiriman  1 ton ulat dengan harga 1 kilogram 27 ribu,bukan hanya ulat yang di jual kotoran ulat pun dijual campuran pakan sapi"ungkap pak mujiar panggilan akrabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline