Lihat ke Halaman Asli

Korupsi Itu Bukan tentang Gaji (Harta) tapi Revolusi Mental?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi dan Lagi, Indonesia diguncanng “badai” paling mematikan dalam satu dekade terakhir; “Korupsi, Koruptor dan Maling”.

Jero Wacik, menteri kesekian yang menjadi tersangka korupsi adalah salah satu dari sekian banyak menteri-nya SBY yang tersangkut kejahatan rasuah ini. Seorang Menteri, pejabat ekskutif tertinggi dibawah presiden, punya jabatan, punya kekuasaan, punya tunjangan perjalanan (pesawat, kereta, kendaraan darat, kapal), tunjangan untuk istri dan anak, tunjangan rumah, tunjangan listrik, tunjangan BBM, tunjangan telepon, tunjangan internet, tunjangan koran, tunjangan pengawal, seorang yang mempunyai harta berlimpah, tahta yang berwibawa dan tentu saja wanita cantik pendamping halalnya (adakah yang gak halal? I duno).

Korupsi, simplenya adalah menikmati apapun yang bukan haknya. Jero wacik diduga menikmati susuatu yang bukan haknya. Jika sesuatu ini adalah apa kenikmatan duniawi yang sudah ada dan sedang dinikmati olehnya, harta, tahta dan kemewahan duniawi, lalu mengapa Pak Jero masih menikmati yang bukan haknya. Jika sudah digaji oleh negara, mengapa masih menginginkan “gaji” diluar gaji ?

GAJI YANG NAIK VS REVOLUSI MENTAL

Apakah gaji yang tinggi adalah solusi bagi pemberantasan korupsi ? Jika melihat kasus Jero ini, ada yang salah dengan mentalnya. Jika mentalnya adalah menikmati gaji yang sudah ada, lalu mengapa masih ingin menikmati “gaji” yang bukan haknya.

Dalam literatur islam, sifat menikmati “gaji” yang sudah ada disebut Qonaah, yaitu menerima apa yang diberikan oleh Alloh tanpa merasa “kurang” atau melihat rumput tetangga yang dianggap lebih hijau. Seandainya Pak Jero cukup dnegan gajinya, maka tidak mungkin ada statustersangka korupsi baginya. Karena cukup dengan gaji tidak hanya berbicara tentang nominal, nilai atau yang kenikmatan lainyang bisa ditakar tapi ada ketentraman dan keikhlasan batin menjalani apa yang diberikan oleh Nya yang tidak dapat dilihat wujudnya.

Sangat simple, Korupsi itu bukan tentang SIAPA DIA, BERAPA GAJINYA, BERAPA BANYAK HARTANYA, SEBERAPA MISKIN IA, TAPI KORUPSI ADALAH TENTANG BAGAIMANA IA MENJALANKAN HIDUPNYA APAKAH SUDAH MENERAPKAN REVOLUSI MENTAL ATAU TIDAK?

jika kita mencoba membuat premis, Jero adalah menteri. Menteri Gajinya besar. Maka Jero gajinya besar, atau jika coba dibalik Jero adalah seorang buruh tani, Buruh tani itu miskin. Jero adalah miskin,

Lalu mengapa masih Korupsi ???

(Revolusi mental jawabannya/for further explanation about revolusi mental, silahkan lihat revolusi mental versi Jokowi hehehe).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline