Sopir Truck Ekspedisi Tidak Puasa
Tempat yang ini boleh jadi bukan lokasi yang tepat untuk duduk menikmati kopi. Sebuah kursi panjang di warung kecil tepat di depan pintu keluar Terminal Tirtonadi Surakarta. Tetapi,tepat dan tidak juga bergantung banyak variabel. Maka, yang ini, tepat sekali tempat menikmati kopiku
Waktu itu, menjelang akhir bulan Sya'ban, oper bis dari perjalanan Semarang-Jombang di terminal Solo, hampir tepat tengah malam, di kursi panjang itu, menyaksikan lalu lalang orang mengantar kolega atau saudaranya masuk angkutan bis umum yang hendak ditumpanginya ke tempat tujuan berikutnya. Hanya penumpang yang naik bus, bukan turun, karena itu terminal kebarangkatan. Menyaksikan para crew bis dan para tim pendukung sebagai crew terminal. Menyaksikan hilir mudik berganti-ganti bis dengan berbagai trayek keluar dari atau yang singgah di Solo. Menyaksikan pilihan para penumpang yang kemudian jatuh ke yang ekonomi atau non-ekonomi. Menyaksikan tulisan trayek-trayek perjalanan yang ditempuh oleh bis itu. Menyimak tulisan rute yang panjang dan puanjang banged. Bis tengah malam tidak ada rute pendek yang beroperasi
Menyaksikan banyak hal di terminal, yang terlintas bukan tentang bis dan segala perniknya. Mendekati Romadlon, yang terlintas justru nanti menjelang dan di sepuluh hari terakhir bulan Romadlon, akan banyak penceramah yang menyatakan perbanyaklah ibadah berupa dzikir, tadarus, juga i'tikaf di masjid dan sejenisnya. Kalau tidak demikian, maka puasamu nggak dapet apa-apa. Eman-eman, sepuluh hari terakhir harus banyak i'tikaf di masjid, seperti dicontohkan kanjeng Rasul...... bla bla bla berapi-api didampingi dalil idza dakholal asyro, ahya laylahu wa ayqodho ahlahu lissolati (jika masuk sepuluh (hari terakhir di bulan romadlon, rasulullah menghidupkan (tidak tidur) di malam harinya dan membangunkan keluarganya untuk sholat
Itu, kemudian menjadi "kalo kawan-kawan yang crew bis itu nanti i'tikaf semua untuk memburu sesuatu yang dipersepsikan penceramah tadi bahwa untuk dapat-sesuatu di akhir Romadlon caranya kudu dengan berdiam diri di masjid, dan itulah yang disebut "mempeng olehe ngibadah" trus, dan coba tambahkan para sopir pick-up atau truck ekspedisi itu memilih cara beribadahnya dengan berdiam di masjid, mobilitas manusia dan barang akan terhenti karena bis e prei truck-nya libur, masihkah yang disebut ibadah itu jika dan hanya jika sejenis persepsi penceramah itu ?
Untuk segmen audien khusus, boleh jadi materi itu cukup menarik dan cocok. Untuk segmen lebih luas, bunyi "kalau tidak demikian, maka puasamu nggak dapet apa-apa" yang dikaitkan hanya pada tindakan ibadah personal dan mahdhoh, kiranya tidak tepat. Padahal, di luar Romadhon banyak muncul statemen bahwa apapun yang dilakukan bisa bernilai ibadah, tetapi saat Romadlon justru membatasi amal ibadah jika hanya berupa amal personal semacam i'tikaf itu. Itu yang pertama
Yang kedua, belum pernah mendengar penceramah yang membawakan materi "kana Rasulullah yajtahidu fil 'asyril awakhiri min romadhon ma la yajtahidu fi ghoyrihi (keseriusan Rasulullah di sepuluh akhir bulan Romadhon tidak pernah terjadi di bulan-bulan lain)" menghubungkannya dengan usia Rasulullah saat itu dan kebutuhan melakukan aktifitas ekonominya. Dengan variabel ini, materi bisa lebih membumi
Puasa Romadhon baru diwajibkan pada tahun kedua pasca hijrah. Situasi kondusif amalan-amalan Romadhon-an tarawih, i'tikaf dan lainnya mungkin baru di tahun ketiga pasca hijrah. Usia rasul saat itu bisa dilacak dari sini. Menerima wahyu usia 40 tahun, berda'wah di Mekah sekitar 13 tahun dan puasa Romadhon di tahun kedua pasca hijrah. Usia kanjeng Rasul saat melakukan aktifitas Romadhonan sekitar 55 tahun
Kegiatan ekonomi Muhammad Rasulullah dimulai sejak dari mengurusi dan menerima bayaran dari asset yang relatif kecil di usia dini sebagai pengembala kambing hingga mengurusi asset dan komoditi yang besar sebagai pedagang ekspor-impor barang dagangan Ibu Khadijah yang tentu saja bayarannya juga besar. Menjelang usia 40 tahun saat kelak menerima perintah sebagai Rasul, aktifitas ekonominya sudah tidak sekeras saat muda. Deposit untuk nafkah keluarga sudah terpenuhi dan bisa fokus untuk berdakwah setekah menerima perintah, di samping didukung oleh kemampuan finansial sang istri
Meskipun saat berhijrah ke Madinah tidak membaw harta yang banyak, kedatangan Muhammad ke Madinah disponsori difasilitasi oleh warga Madinah, termasuk kebutuhan logistik keluarganya. Setidaknya, dari cerita kesederhanaan Kanjeng Rasul, meskipun tidak banyak, apa yang dimiliki di rumahnya sudah cukup mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Artinya, bersama kisah sepuluh akhir Romadhon yang hanya fokus di masjid karena memang variabel usia dan aktifitas ekonomi Kanjeng Rasul yang mengharuskan untuk keluar dari rumah (rumahnya di masjid) tidak ada lagi, perlu disebutkan
Jika menyinggung variabel itu, sopir ekspedisi yang tetap bekerja sehingga suplai barang di pasar tetap stabil, dan yang buka-sahur puasa-riyayan juga ada sarananya adalah sopir yang sedang beibadah dan mendapat apa-apa dari puasanya meskipun tidak sempat i'tikaf. Kawan-kawan petugas Sutet yang bergelantungan di kabel listrik dan tidak puasa demi menjaga suplai listrik aman, juga sedang beribadah.