Lihat ke Halaman Asli

Rangkuman Proses Perjalanan Pembelajaran Guru Penggerak

Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi guru bukanlah suatu cita-cita, melainkan takdir yang membahagiakan. Guru adalah role model yang minus cela. Begitulah selama ini kita beranggapan terhadap profesi ini, tetapi sadarkah kita bahwa guru juga manusia? Guru sering dihadapkan pada banyak dilema yang harus segera diselesaikan. Guru harus mengambil keputusan yang tepat di saat yang mendesak. Di dalam mengambil keputusan, guru haruslah bijak sehingga tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar dan bisa membawa kebahagiaan bagi orang banyak.

Inilah rangkuman proses perjalanan pembelajaran saya sebagai Guru Penggerak yang akan saya tuliskan dengan berpedoman pada beberapa pertanyaan pemantik.

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
  • Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka: Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani telah memberi arah dan petunjuk bagi saya sebagai seorang guru untuk mengambil keputusan setiap saat dalam proses pembelajaran di sekolah dengan bijak dan bertanggung jawab. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus mampu meberikan keteladanan yang baik, menjadi penengah yang mampu menetralkan setiap permasalahan di sekolah, dan juga mampu menjadi motivator yang ulung bagi anak didik dan juga warga sekolah lainnya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai kebajikan yang telah kita anut dan amalkan akan sangat memengaruhi setiap keputusan yang akan kita ambil. Di dalam mengambil keputusan, kita harus mempertimbangkan banyak hal. Terkadang keputusan yang akan kita ambil harus berbenturan dengan berbagai dilema etika. Ada kalanya di antara kedua pilhan yang akan kita ambil sama-sama benar dan menggelitik hati nurani, tetapi tentunya kita harus mengambil keputusan terbaik di antara yang baik, dan keputusan itu berdampak jangka panjang serta bermanfaat bagi instistusi dan minim kerugian.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam mengambil keputusan tentu kita harus berpegang pada prinsip dan Langkah pengambilan keputusan yang telah mengalami pengujian sehingga keputusan itu efektif. Untuk itu kita perlu berkolaborasi dengan orang lain yang sekiranya bisa membantu kita memunculkan ide/gagasan dalam diri kita yang masih terpendam yang bisa dilakukan dengan teknik coaching. Ya, coaching sangat membantu kita dalam mengembangkan diri untuk bisa mengambil keputusan secara bijak dan tepat di saat yang sulit dan berhadapan dengan berbagai dilema etika dan bujukan moral.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Untuk bisa mengambil keputusan yang tepat dan mampu dipertanggungjawabkan, seorang pemimpin harus memiliki kompetensi sosial emosional yang bagus. Di antara kompetensi social emosional itu adalah kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran social, dan keterampilan berelasi.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Kasus yang berkaitan dengan masalah moral dan etika akan sulit untuk diputuskan jika berupa dilema etika (benar lawan benar) namun mudah diputuskan jika berupa bujukan moral (benar lawan salah). Guru harus bisa membedakan kedua sudut pandang ini, sehingga dalam menyelesaikan suatu kasus tidak merugikan pihak yang benar atau pun memberikan dampak negatif.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline