Lihat ke Halaman Asli

Rokhaitul Jannah

Sekretaris Umum HMI Komisariat FITK Korkom Walisongo Semarang

Ta'awudz: Wajibkah Dibaca Sebelum Membaca Al-Qur'an?

Diperbarui: 26 Mei 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/kenapa-harus-taawudz-atau-istiadzah-sebelum-baca-al-qur-an-hmEdN

Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam dan ayat Al-Qur'an seringkali menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi umat Islam. Namun, tidak jarang ayat-ayat tersebut dipahami secara keliru, sehingga menghasilkan pemahaman yang tidak tepat. Meskipun Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi panduan utama bagi umat Islam, pemahaman yang keliru dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius. Salah satu contohnya adalah ayat An-Nahl 98:

فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

Artinya: Apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah pelindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Ayat ini adalah salah satu dari banyaknya ayat Al-Qur'an yang salah dipahami maknanya dengan tepat. Ayat ini dipahami oleh umat Islam kebanyakan sebagai dalil hukum bahwa umat Islam diwajibkan membaca Ta'awudz sebelum membaca Al-Qur'an. Membaca Ta'awudz sebelum membaca Al-Qur'an diyakini dapat melindungi umat Islam dari godaan syaitan.  Dengan demikian, apakah mengucap Ta'awudz sebelum membaca Al-Qur'an menjadi sebuah kewajiban bagi umat Islam?

Surat An-Nahl ayat 98, yang berbunyi "Apabila engkau hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah pelindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk", sejatinya ayat tersebut hanya ditujukan untuk Nabi Muhammad. فَاِذَا قَرَأْتَ, dhomir anta dalam ayat tersebut hanyalah tertuju pada Nabi Muhammad. Ayat yang dijadikan penenang bagi nabi bahwa apa yang di lafadzkan olehnya adalah lafadz jibril bukan lafadz syaitan. Perspektif tersebut muncul karena adanya suatu kejadian.

Pada zaman itu banyak sekali syair-syair indah yang lahir dari para penyair. Syair-syair itu mereka dapatkan dari usaha mereka bersemedi di gua-gua. Saat berada di gua mereka dirasuki oleh jin-jin yang membisikkan kepada mereka syair-syair indah tersebut. Pada dasarnya syair-syair tersebut tidaklah murni lahir dari pemikiran para penyair pada zaman itu, melainkan lahir dari bisikan-bisikan syaitan.

Di tengah hiruk-piruknya mekkah dengan syair-syair, datanglah Muhammad membawa syair dengan bait yang lebih indah. Syair tersebut ia dapatkan setelah kembalinya dari sebuah gua, yaitu Gua Hira. Syair tersebut yng sekarang kita yakini sebagai kitab suci umat Islam, yaitu Al-Qur'an.

Al-Qur'an adalah kitab yang berisi syair-syair indah yang berasal dari Kalam Allah. Karena keindahan Kalam Allah yang dibawa oleh Muhammad, maka hal tersebut menimbulkan fitnah di kalangan umat Mekkah. Mereka mengatakan bahwa kalam tersebut bukanlah datang dari Allah melainkan dari bisikan-bisikan syaitan sebagaimana para penyair yang lain.

Hal tersebut menimbulkan gejolak di hati nabi dan gejolak tersebut semakin bertambah tatkala nabi melafadzkan ayat yang diduga hasil dari bisikan syaitan, yaitu yang terdapat dalam surat An-Namj. Jibril menegaskan bahwa itu bukan ayat yang dia sampaikan, tetapi beberapa sahabat mengaku telah mendengar nabi mengucapkan ayat tersebut.

Para sahabat yang menyaksikan insiden tersebut menyimpulkan bahwa itu mungkin bentuk persetujuan nabi terhadap tawaran orang kafir, yakni perjanjian bahwa mereka akan saling menyembah tuhan satu sama lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline