Lihat ke Halaman Asli

roizul hamm

Santri dan mahasiswa Bangkalan

Tuhan, Aku Sayang Mereka

Diperbarui: 20 November 2017   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu aku sangat lelah. Di atas ranjang kamar, aku membaringkan badan sembari melihat langit-langit kamar yang tanpa lukisan tapi entah mengapa anganku tertulis disana. Aku sangat lelah, sangat mengantuk. Terus saja ku pandangi langit-langit kamar. Kantukpun semakin terasa, terus saja ku pandangi langit-langit kamar.

"kring...kring..." suara telepon rumah, aku angkat saja, terdengar suara di jauh sana.

"zul.. Cepat kesini!! ayahmu kecelakaan, tadi  menemukan ayahmu tergeletak di jalan tanpa ada yang menolong"

Itu suara zen temanku.

dag..dig..dug..kira-kira seperti itu jika suara detak jantungku di tulis waktu itu. Aku tidak punya bahasa lagi,aku seakan bisu. Siapa yang tega menabrak ayahku? Seorang lelaki yang sudah tua, yang setiap hari keluar rumaj sekedar mencari rumput buat hewan ternak kami? Siapa yang tega?..tanyaku entah pada siapa.

"zul...kamu kenapa nak,?Kok bengong?"

"nggak buk,,aku gak apa-apa kok"

Apa aku harus mengatakan yang sesungguhnya pada ibuk bahwa ayah kecelakaan,? Jangaaann, ibuk sudah 2 bulan sakit-sakitan, jantungnya lemah. Tapi sampai kapan aku terus berbohong?, hatiku berdiskusi.

"zul, bisakah kamu menyusul ayahmu ke sawah? Sudah siang ayahmu belum pulang"

Aku harus bilang apaaa sekarang?

"ibuk,,,anu buk,,ayah kecelakaan dia ada di rumah sakit,tapi dia baik-baik saja kok"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline