Lihat ke Halaman Asli

roizul hamm

Santri dan mahasiswa Bangkalan

Kiamat di Kampung Temanku

Diperbarui: 18 November 2017   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" menurut pandanganku, semua penilaian kalian itu salah,"

Itulah aku, selalu merasa benar. Semua yang bertolak belakang dengan ku,maka dia salah.

Hari itu tidak ada kuliah, zen mengajakku untuk menemani perjalanannya menuju kampung halaman. Tidak ada salahnya jika aku ikut.

Siang itu kami sudah sampai di lokasi, iya benar, rumah zen temanku. Siang yang tak begitu bersahabat dengan cuaca. Sepertinya akan turun hujan.

Suara adzan zhuhur terdengar.

"zen tempat wudlunya dimana?"

"itu, kalihatan kan dari sini" dia menunjuk ke arah kamar mandi sederhana di depan rumahnya.

"Ok"

Temanku yang satu ini memang paling suka tidur, adzan zhuhurpun belum bisa menyadarkannya untuk sekedar sholat. Terpakasa aku sholat sendiri.

Musholla di rumah itu sempit, aku masuk saja, tapi sajadahnya menghadap ke timur. Mungkin dari tadi belum di rapikan, saya hadapkan ke barat saja lah. Dalam hati saya ragu, takut jika aku yang tidak tahu arah barat di daerah ini. Tapi aku yakin bahwa arah barat adalah di hadapanku sekarang.

Aku pun takbir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline