Kita pasti sudah sering mendengar kalimat, "menjadi tua adalah takdir, menjadi dewasa adalah pilihan". Menjadi tua adalah takdir karena berhubungan dengan usia, kapan kita lahir dan kapan meninggal dunia. Agak sedikit berbeda dengan kedewasaan. Kedewasaan cenderung berbicara mengenai nilai-nilai pribadi setiap orang, sifat, atau karakternya. Salah satu ukuran pertumbuhan kedewasaan seseorang adalah pertumbuhan karakternya.
Dalam dunia yang berkembang pesat belakangan ini, pendewasaan karakter merupakan inti dari semua pendidikan. Tentunya hal ini tidak dapat dimiliki dalam waktu singkat, melainkan ada proses yang harus dilalui. Kita adalah manusia yang tidak satupun sempurna, sudah selayaknyalah kita dapat menerima kekurangan/kelemahan dan kelebihan/kekuarangan masing-masing. Namun, jika kita tidak berbuat sesuatu untuk mengubah kekurangan atau kelemahan kita, hal itu menandakan bahwa kita melewatkan proses pendewasaan (pertumbuhan karakter).
Karakter tidak dibangun dalam ruang kelas saat kita sekolah. Karakter dibangun dalam kehidupan nyata, di dalam keluarga, di lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Namun, cara kita berinteraksi dengan oranglain, serta cara kita dalam meresponi sesuatu, itu menjadi pilihan kita. Sekolah dan pendidikan formal hanyalah tempat untuk mengidentifikasi kualitas karakter dan mengajarkan bagaimana karakter itu bisa dikembangkan. Proses perubahan karakter itu sendiri seringkali lahir dari pengalaman hidup yang kita alami. Tentang bagaimana respon kita terhadap situasi-situasi yang kita hadapi, mengenai bagaimana reaksi kita akan keadaan yang kita temui, tentang segala sesuatu yang kita temui selama perjalanan hidup, disitulah karakter kita diuji dan dibentuk.
Tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlepas dari situasi yang sulit, baik dia seorang yang sempurna secara fisik, seorang yang cacat, miskin, kaya, kecil ataupun besar, semua pernah mengalami kesulitannya masing-masing. Beberapa diantara kita mungkin pernah meyalahkan orang lain/situasi/kondisi atas karakter yang kita miliki, tetapi kita pun harus mengingat bahwa bahwa kita mempunyai pilihan. "Life is a choice". Benar, Hidup ini adalah pilihan. Kita berhak untuk menentukan karakter kita seperti apa dan bagaimana, terlepas apapun dan bagaimanapun keadaan kita, keluarga kita, lingkungan kita, dsb. Kita mempunyai pilihan untuk membentuk dan mengembangkan karakter diri sendiri.
Hidup ini memang mengijinkan setiap orang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, yang kerap kali menyentil emosi kita, seperti kekecewaan, kesulitan, godaan, masalah financial, penundaan, penolakan dsb, dan terkadang membuat kita ingin melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kualitas karakter sejati; yang baik, bermoral, dan bermartabat.
Pengembangan karakter akan selalu menghadapkan kita pada sebuah pilihan, pilihan untuk melakukan sesuatu, atau tidak melakukan apapun. Ketika kita membuat pilihan, disitulah karakter kita terealisasi.
Saya suka dengan satu kutipan dengan bunyi sebagai berikut; "life is not about finding yourself, life is about creating yourself"
Dalam bahasa Indonesia kira-kira bunyinya seperti ini:
"Hidup bukanlah tentang menemukan diri anda, Hidup adalah tentang menciptakan diri anda".
Manusia diciptakan memiliki emosi (perasaan) dan pikiran, yang dapat kita atur sendiri, sehingga kita sendiri bisa membentuk dan menciptakan bagaimana karakter kita, menciptakan nilai-nilai pribadi yang baik. Kita bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri untuk membentuk dan menciptakan seperti apa karakter kita masing-masing.
Mengembangkan karakter adalah tugas penting bagi setiap insan yang ingin terus bertumbuh dan menjadi dewasa. Proses yang kita alami selama perubahan karakter sejati tidak hanya memberikan kita pembelajaran penting tetapi juga pengetahuan yang akan membawa ke perubahan hidup yang lebih baik dan bahagia. Tidak percaya? Coba buktikan sendiri.