Lihat ke Halaman Asli

Roisul

Kunjungi tulisan saya yang lain di roisulhaq.blogspot.com saat ini sedang menjadi Guru demi mendidik, mencerdaskan anak bangsa.

Dilema Wali Kelas Muda: Galak Dibenci Siswa, Lembek Dicaci Orangtua

Diperbarui: 11 Juni 2020   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajar memberikan ucapan selamat dengan memeluk gurunya seusai upacara peringatan hari guru nasional dan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di MTsN Model, Banda Aceh, Aceh, Senin (25/11/2019). (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA via KOMPAS.com)

Sebagai guru muda tentunya saya sadar akan banyak sekali tantangannya.

Pertama jelas saya harus cepat beradaptasi dari lingkungan kampus ke lingkungan sekolah. Kedua, tantangan dalam menjalankan tugas yang diamanahkan sekolah. Baik adaptasi maupun menjalankan tugas, semuanya tentu bermuara pada penilaian kinerja saya sebagai guru muda.

Memasuki akhir tahun pelajaran semester genap, tugas guru semakin banyak. Meski tak disibukkan dengan mengajar secara langsung, administrasi pembelajaran harus tetap dipenuhi.

Jika biasanya sibuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa, kini setiap pertemuan harus membuka laptop untuk memberi tugas dan mengoreksinya. Belum lagi jika ada tugas tambahan dari sekolah. Sebagai wali kelas, akhir tahun ajaran menjadi waktu yang penuh dengan tantangan.

Tugas tambahan bagi guru merupakan tugas yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok  sesuai dengan beban kerja sebagaimana ditegaskan dalam Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Beban Kerja Guru.

Berdasarkan Permendikbud tersebut salah satu tugas sebagai wali kelas adalah bertanggung jawab mengelola kelas, di samping masih ada tugas tambahan yang lain. Tugas wali kelas membantu kepala sekolah mengelola manajemen kelas sekaligus berperan sebagai pengganti orangtua di sekolah.

Apalagi menjadi guru yang masih muda, banyak tantangan dan cobaan dari siswa. Jika siswa melakukan kesalahan, emosi dan sikap marah dikedepankan.

Saya mengamati dan berpikir, bahwa dengan emosi dan marah tidak akan mengubah siswa itu menjadi baik dan sikap marah itupun tidak bagus ditunjukan di depan siswa. Hanya dengan keadaan tenang, nasehat, dan memasukkan humor lebih efektif daripada emosi dan marah-marah.

Personaliti seorang guru harus tegas! sayangnya siswa masih belum mampu membedakan antara tegas dengan galak (baca: sedikit-sedikit marah).

Bagaimana lagi kesalahan memang harus segera dibenahi entah seperti apa caranya. Menjadi guru ideal bagi sekolah dan bagi siswa adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin. Di satu sisi dengan dicintai siswa maka kepercayaan diri sebagai guru muda akan meningkat. Famous di sekolah juga akan meningkatkan produktivitas kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline