Lihat ke Halaman Asli

Roisatunnisa

Mahasiswi jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jurnalisme Investigasi Indonesia: dari TV ke Youtube

Diperbarui: 21 Desember 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jurnalistik investigasi merupakan pembahasan mendalam mengenai sebuah kasus yang belum pernah terungkap kebenarannya. Di dalamnya mengupas tuntas isu hingga akarnya, bisa dalam bentuk tulisan maupun tayangan video. Tetapi,  jurnalistik investigasi lebih menarik ketika disajikan dalam bentuk tayangan video. Tayangan video yang disajikan dapat berupa dokumenter dengan menggabungkan efek visual, hasil penelitian, wawancara, dan rekaman arsip dengan kekuatan alur cerita investigasi. Tidak jarang dalam proses percarian dan pembuatannya mendapatkan ancaman. Bahkan, yang paling parah bisa gagal tayang karena dianggap tidak memenuhi aturan penyiaran atau terlalu beresiko. Karena itu, jurnalistik investigasi sudah mulai jarang ditemui di stasiun televisi karena kerap kali dianggap mengancam bagi pihak yang terlibat.

Dengan adanya kemajuan komunikasi terutama media sosial Youtube, tentu menjadi peluang besar bagi media jurnalisme di Indonesia. Youtube sendiri merupakan wadah yang menyalurkan berbagai video dari seluruh dunia. Berdasarkan Reuters Institute Digital News Report 2024, di Indonesia Youtube menempati peringkat ke-2 dengan presentase 41% digunakan untuk mencari berita. Reuters juga melaporkan sumber berita pada 3 tahun terakhir dari media sosial meraih angka paling besar dan populer dengan sampel masyarakat kota mengalahkan televisi yang hanya bertahan sampai 48%. Artinya, saat ini lebih banyak masyarakat yang menggunakan media daring dengan segela kemudahan yang diberikan dibanding televisi begitu juga pada kasus jurnalisme investigasi di Indonesia.

Selain dapat mengunggah video, Youtube juga memberikan kesempatan interaksi antara penonton dengan konten kreatornya. Dengan begitu, jurnalisme investigasi juga dapat memperoleh data melalui interaksi tersebut atau yang disebut dengan crowd searching. Kebebasan yang lebih luas menjadi pintu utama jurnalistik investigasi untuk membangun reputasinya. Berbeda dengan televisi yang memiliki berbagai regulasi, Youtube menawarkan lebih sedikit peraturan tetapi dengan syarat memenuhi kode etik yang diterapkan oleh jurnalis. Saat ini, bisa dibilang media Youtube jauh lebih berkembang dan maju baik dari segi penonton maupun pembuat kontennya. Maka dari itu, produk-produk jurnalistik sudah tidak begitu terpaku dengan satu wadah saja.

Dengan adanya RUU Pasal 50 B ayat 2 huruf (c) tentang Penyiaran, didalamnya terdapat larangan penayangan eksklusif investigasi. Hal ini menjadi pemicu berpindahnya media jurnalisme investigasi dari televisi ke media Youtube. Aturan yang dianggap membatasi kebebasan pers ini disorot banyak pihak. Kuat dikaitkan dengan politik di Indonesia yang takut akan kebenaran yang ditayangkan oleh jurnalisme investigasi. Dari peraturan tersebut dapat dilihat bagaimana kondisi jurnalisme investigasi di Indonesia yang mulai terancam keberadaannya. Langkah besar media-media jurnalistik di Indonesia untuk berpindah ke media Youtube diambil untuk mempertahankan eksistensinya. Saat ini, hampir seluruh media berita televisi mempunyai kanal Youtube untuk mempertahankan dari gulung tikar. Karena itu, dengan adanya Youtube sebagai wadah baru dapat menjadikan jurnalisme Indonesia lebih maju dan beradaptasi dengan perubahan.

Penonton yang melihat jurnalisme investigasi melalui Youtube di Indonesia saat ini mulai merambah ke berbagai kalangan. Berbeda dengan siaran investigasi di televisi yang biasanya ditayangkan pada malam hari dan di khususkan untuk orang dewasa, Youtube memberikan fleksibilitas waktu yang bisa ditonton kapan dan dimana saja serta untuk siapa saja. Banyak remaja saat ini yang mulai tertarik dengan jurnalisme investigasi karena mengungkap pesan dan cerita yang mendalam untuk dijadikan inspirasi kehidupan. Tayangan investigasi yang mengungkap fakta mendalam membuat masyarakat percaya dan menimbulkan keterbukaan pikiran. Tidak sedikit tayangan investigasi yang menampilkan fakta mengenai politik dan memunculkan perdebatan publik.  Karena itu, keterbukaan terhadap hal baru dan hausnya rasa ingin tahu, menjadi salah satu latar belakang penonton untuk mengkonsumsi jurnalisme investigasi.

Kanal media seperti Watchdoc Image menjadi salah satu pelopor awal yang memulai penayangan jurnalisme investigasi di Youtube. Hal ini bisa dilihat kembali jika mengingat salah satu unggahan videonya yang berjudul Sexy Killer pada 13 April 2019 lalu, yang menggemparkan media sosial Indonesia saat itu. Sejak penayangannya pada tahun 2019 hingga saat ini 2024, video tersebut sudah ditonton lebih dari 37 juta kali. Dengan durasi selama satu setengah jam, tayangan tersebut berhasil menampilkan pandangan dari masyarakat hingga pemerintah dengan mendalam dan berimbang. Fakta-fakta tersembunyi tentang batu bara yang ditampilkan, membuka wawasan baru bagi masyarakat tentang isu lingkungan. Pembuktian dari fakta yang disajikan dengan melibatkan banyak orang yang terlibat memperlihatkan bagaiamana keaktualan dari tayangan yang disajikan. Tidak hanya menarik perhatian publik dalam negara, hasil Garapan Watchdoc Image ini juga berhasil menarik perhatian audiens dari manca negara. Dapat dilihat dari sini, media Youtube memberikan dampak yang sangat besar dan lebih luas dari televisi.

 Tidak bisa dipungkiri, kreatifitas saat ini lebih beragam untuk menarik peminat para penonton. Jika dilihat saat ini, generasi Z (Gen Z) lebih menyukai jurnalisme ivestigasi yang ditayangkan oleh media multi digital seperti Narasi dan Asumsi. Dilihat dari kolom komentar dan kontribusi penyebarannya, generasi Z aktif mengikuti kasus-kasus yang disajikan. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang melakukan pembahasan ulang mengenai kasus tersebut di media sosial lain. Meski begitu, persaingan dengan media berita lain memang tidak bisa dihindarkan. Namun, hal ini menjadi pertanda baik dimana jurnalisme investigasi diterima dan disambut baik oleh masyarakat di media Youtube. Dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama jurnalisme investigasi di media Youtube membuktikan keberhasilannya untuk bertahan hingga saat ini dan akan terus ada.

Penulis: Roisatunnisa, Mahasiswa Semerter 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline