Lihat ke Halaman Asli

Tuhan Kog Yang Mengatur

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rasa pilu yang menyayat begitu meracaukan fikiranku, tk henti kufikirkan sesuatu
apakah mungkin irisan daging merah tua dan segar itu tetap berbau amis selamanya?
Pedih dan sayatan luka itu tak lain hanya sebuah percikan api yang panasnya mengaruara tak lain tak bukan akan terasa menusuk bila menyentuhnya, meski dengan sentuhan yang begitu lembut
tak pernahkan terlintas sebentar saja siluet tentang rindu pada diriku?
Ataukah hanya setengah detik diantara ribuan jam yang akan kita jalani? Sebegitu kecilkah aku untukmu?
Entahlah rasa ini berasa apa
yang aku tak habis fikirkan, jari-jari kosong ini belum terpenuhi
sejenak kupandangi gelas putih bersih itu belum jua terpenuhi masih seperempat, jauh dari perkiraan

kalau saja rindu semekar mawar pink yang dulu selalu kau petikkan untukku
pasti selalu kurawat keranumannya
bahkan tak kan kubiarkan pijaran mentari yang begitu menyengat itu menodai kemekaran dan kranumannya,
tapi semua berbatas saja
tak hayal hanya sebuah lugasan pada mulut yang sangat kelu ini
seperti sampahkan aku?
Kurasa masih banyak yang akan menyambutku,kurasa..tapi tak tau

setidaknya saat aku mrindu masih ada yang kurindukan
bukan hanya ilusi semata
bukan hanya bayangan ghoib semata
kenapa ghoib??
Mungkin karena aku terlalu mengimajinasikannya..

Payah..!!!
Yah beginilah potret kehidupan dan rinduku
entah arusnya berhenti dimana
kurasa terus mengalir
tak tahu jualah
Tuhan kog yang mengatur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline