Lihat ke Halaman Asli

Rois Amin

Mahasiswa

Pentingnya Keilmuan Komprehensif bagi Seorang Dai

Diperbarui: 25 Juni 2024   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Rois Amin

Melihat tiga inti ajaran Islam, yakni akidah, syariah, dan akhlak, keilmuan seorang dai harus mencakup ketiga inti ajaran ini. Ketiga pilar tersebut sering disebut sebagai tiga pilar utama dalam pesan dakwah.

Pertama, keilmuan terkait akidah atau keimanan. Akidah berbeda dengan tauhid (mengesakan Allah). Tauhid adalah bagian dari akidah. Artinya, akidah lebih luas daripada tauhid. Akidah tidak hanya mencakup keimanan kepada Allah, tetapi juga kepada rasul-Nya, kitab-Nya, malaikat, hari akhir, takdir, dan lainnya.

Selama ini, dikenal sejumlah aliran dalam Islam seperti Khawarij, Mu'tazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah, Wahabiyah, dan lain-lain. Dari sisi tauhid, semua aliran dalam Islam sama-sama mengesakan Allah. Namun, dari sisi akidah, mereka memiliki perbedaan pandangan.

Seorang dai harus memahami minimal aliran yang diikutinya, tokoh-tokohnya, dan pendapat-pendapatnya. Misalnya tentang perbuatan Allah dan manusia, tentang alam, surga, neraka, dan lain-lain lengkap dengan argumen masing-masing. Idealnya, seorang dai dapat mengetahui perbedaan dan persamaan setiap aliran.

Untuk itu, seorang dai harus mendalami al-Qur'an dan ilmu tafsir, hadis dan ilmu hadis, sejarah, serta pertumbuhan dan perkembangan teologi dalam Islam. Di samping itu, dia harus memiliki pengetahuan tentang manhaj, mazhab, ormas, dan partai, baik persamaan maupun perbedaan masing-masing.

Kedua, keilmuan terkait syariah. Dalam konteks ini, syariah berbeda dengan fikih. Syariah adalah hukum Islam yang digali dari al-Qur'an dan Sunah yang masih murni (bukan produk ijtihad), sementara fikih adalah produk ijtihad ulama mengenai hukum Islam yang bersumber dari al-Qur'an maupun Sunah. Untuk itu, seorang dai harus menguasai al-Qur'an, hadis Nabi, literatur fikih, baik klasik, pertengahan, maupun kontemporer.

Dalam hal ini, syariah, fikih, dan ibadah dapat dibedakan. Ibadah adalah bagian dari fikih. Oleh karena itu, dalam literatur dikenal fikih ibadah, fikih muamalah, fikih politik, dan lain-lain.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125).

Ketiga, keilmuan terkait akhlak. Akhlak berbeda dengan tasawuf. Akhlak lebih kepada perilaku lahir, sedangkan tasawuf adalah perilaku batin. Seorang dai harus dapat membedakan antara akhlak yang baik (mahmudah) dan akhlak yang tercela (mazmumah). Akhlak seorang dai seyogyanya meningkat menjadi tasawuf seorang dai. Karena dai adalah role model bagi mad'u.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline