Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Indonesia Lewat FakFak Kotanya Pala (Part 11)

Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini laut dibelakang rumah Nok-nya Mace Fatiran di kota FakFak..cakep ya..aslinya lebih cakep ini(Foto: Rike Bewinda)

Jadi sepulang kerja kemarin hari Rabu, saya diundang oleh Mace Fatiran (ada yang menyebut Patiran -- nama fam/marga keluarga di Kota FakFak) ke rumahnya di wagom bawah. Jadi awalnya saya ketemu dengan Mace Fatiran itu karena saya kan orangnya bosan di rumah, ingin jalan-jalan sekitar rumah. Akhirnya saya memilih jalan-jalan sekitar rumah. Dan karena hujan gerimis saya menepi di halte dekat RSUD FakFak. Disinilah saya kenal Mace. Mace punya warung di dekat RSUD FakFak. 

Jadi saya jajan di warung Mace. Karena ngobrol-ngobrol kami nyambung. Akhirnya alhamdulillah saya diundang ke acara Ulang tahun salah satu keponakan Mace yang umurnya 3 tahun.Di acara ini, saya dikenalkan dengan beberapa anggota keluarga mace. Ada adik dan kakak serta ibundanya. Nah, saya diajarkan oleh salah adik mace yang menjadi guru di daerah Torea atau Tanama (saya lupa hehe). 

Kalau bahasa FakFak-nya kakak perempuan itu Nan, kalau bahasa FakFak-nya kakak laki-laki Nen, nah kalau untuk ibu itu nyebutnya Nok (bukan no kayak bahasa inggris ya). Kalau ayah apa ya.. (saya lupa juga ini heheh).

Ulang Tahun keponakan Mace Fatiran (Foto: Rike Bewinda)

Jadi keluarga Mace Fatiran ini cukup beragam. Dari Ibu rumah tangga, ustadz, tentara sampai ke Ibu guru. Dan dalam keluarganya juga ada keluarganya yang menikah dengan orang Aceh. 

Sehingga melahirkan anak-anak Acpua (Aceh-Papua). Buat saya ini ruar biasa bagaimana Tuhan bisa mempertemukan 2 orang yang tinggal jauh dipersatukan bersama, karena bisa dibayangkan dari satu sudut indonesia bertemu dengan orang dari satu sudut indonesia lainnya. Salah satu keponakan Mace juga ada yang kuliah di Politeknik Negeri FakFak tapi saya belum bertemu langsung. Mungkin besok akan saya tanyakan ke teman-teman mahasiswa di kampus.

Oiya rumah Nok-nya Mace Fatiran ini berada tidak jauh dari pantai. Namun kalau airnya lagi pasang jadi rasanya semuanya nyambung sama laut. Kata Pace, adiknya laki-laki Mace Fatiran, kalau surut bisa keliatan pasirnya. Tapi kalau pasang ya rata sama lautnya. Seru sih ini. Bisa dengar suara deburan ombak sambil makan sirih pinang di belakang rumahnya.  Heheh saya diajarkan makan sirih pinang oleh Mace dan sekarang sudah bisa ngunyahnya. 

Kata adiknya yang ibu guru, ia biasanya mengunyah sirih pinang disela-sela jam istirahat kelas ketika mengajar. Katanya mengunyah sirih pinang baik untuk gigi dan jadi mulut tidak bau. Kebetulan saya suka lihat Ninik, nenek buyut dari mama waktu kecil. Beliau ini sering saya lihat mengunyah sirih pinang dengan tembakau. Jadi ya saya sudah terbiasa. 

Sedangkan kata adiknya Mace Fatiran, saya sebaiknya membeli tas noken, sekalian untuk membawa tomang, kata dia itu akan membuat saya sudah seperti warga sini.Saya ketawa saja, ya mungkin nanti boleh saya coba untuk ke kantor bawa noken isi peralatan nyirih pinang nih. Kan terlalu biasa ya ke kantor ngerokok vape atau rokok batang. Mungkin teman-teman di Jakarta mau coba? Enak loh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline