Lihat ke Halaman Asli

Hardiknas 2012: Sebuah Momentum dan Evaluasi

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari pendidikan nasional atau yang lebih dikenal dengan singkatan Hardiknas, yang selalu diperingati pada tanggal 2 mei setiap tahunnya, seakan hanya memberikan kesan sebagai sebuah momuntem yang dibungkus dalam konsep formal yang telah kita ketahui bersama yaitu “upacara”. Upacara seperti menjadi sebuah keharusan yang bersifat “wajib” bagi mereka para pelaku atau aktor di dunia pendidikan bangsa ini. Berbagai macam tema pun sering menghiasi upacara peringatan hari pendidikan nasional yang berlangsung setiap tahunnya.

Melangkah mundur setahun kebelakang, seperti yang kita saksikan secara bersama upacara peringatan hari pendidikan nasional yang berlangsung pada tanggal 2 Mei 2011 mengusung tema Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Nasional. Secara sadar dan awam pun pasti kita ketahui bersama makna dan tujuan dari tema tersebut, namun setelah setahun berlalu makna dan tujuan dari tema tersebut seperti tidak berefek pada dunia pendidikan bangsa ini, bahkan dapat dikatakan menjadi lebih semeraut.

Kegagalan dan ketidakpahaman pemerintah terhadap pendidikan nasional ini dapat kita saksikan melalui sebuah kasus cerita “Bang Maman”, yang terdapat pada buku pelajaran yang digunakan oleh siswa kelas 2 Sekolah Dasar. Buku yang dipelajari oleh siswa kelas 2 Sekolah Dasar ini, dinilai tidak tepat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh siswa kelas 2 Sekolah Dasar. Alasannya karena isi cerita “Bang Maman” dalam buku tersebut terkesan dapat merusak peserta didik, karena isinya mengandung soal istri simpanan.

Selain kasus cerita “Bang Maman” tersebut, juga muncul kasus cerita baru “Juragan Boing” yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ) untuk kelas 4 Sekolah Dasar. Dalam cerita “Juragan Boing” tersebut, mengisahkan seorang juragan yang jatuh cinta kepada pacar anaknya sendiri. Tentu cerita kisah ini sangat tidak pantas untuk dipelajari oleh siswa yang masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Yang nantinya akan berdampak buruk pada perkembangan kejiwaan siswa itu sendiri.

Akan tetapi, menurut saya ada kasus yang paling menggegerkan dan sangat membahayakan bagi dunia pendidikan bangsa ini, yakni kasus yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mencantumkan kata “Komunis” sebagai jawaban dari pertanyaan apakah ideologi dari Indonesia. Hal ini tentunya menjadi sebuah kesalahan yang sangat fatal dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang dianggap sebagai sebuah pondasi penting dalam sebuah bangsa, yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari generasi kegenerasi lainnya. Dan yang menjadi pertanyaan saya, dimana letak kegunaan dan peran dari upacara yang merupakan sebuah momentum penting dari pelaksanaan memperingati hari pendidikan nasional tersebut. Yang secara jelas diperingati pada tahun lalu dengan mengusung tema yang seperti telah saya cantumkan pada kalimat diatas tadi.

Hardiknas yang merupakan sebuah momentum penting untuk mengevaluasi pendidikan nasional, memang sebuah harapan yang selalu dinantikan oleh semua warga negara Indonesia. Sebuah evaluasi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan nasional bangsa ini. Mulai dari permasalahan anggaran pendidikan dan kualitas pendidikan Indonesia. Ketika kita berbicara mengenai anggaran pendidikan maka akan sangat relevan dengan tingkat kualitas pendidikan. Tingkat kualitas pendidikan pun akan sangat berpengaruh pada sumber daya manusia yang dihasilkan yang dalam hal ini bisa dikatakan sebagai Indeks Pengembangan Manusia (IPM).

Jika jumlah anggaran pendidikan sangat minim dan terkesan adanya permainan-permainan politik dalam pengalokasiannya, maka jangan heran jika tingkat kualitas pendidikannya pun sangat rendah. Dan jangan kita heran sumber daya manusia yang ada pun akan sangat rendah atau dibawah dari peringkat rata-rata. Ketika sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia sangat rendah, maka pembangunan-pembangunan pada sektor lainnya akan terganggu, dan ini akan sangat berpengaruh kepada kemajuan bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini.

Oleh karena itu, saya dan pasti seluruh warga negara Indonesia harapkan adalah bahwa peringatan hari pendidikan nasional ini, diharapkan bukan hanya sekedar momuntem yang berada pada level upacara saja. Upacara yang berlangsung hanya kurang lebih 1-2 jam, dengan dalam keadaan “terpaksa”, peserta upacaranya berdiri capek-capek mendengarkan pidato dari pembina upacara. Yang menurut saya ini hanya merupakan sebuah kegiatan ceremonial, yang seharusnya bukan menjadi keharusan yang penting untuk dilaksanakan.

Kegiatan upacara dalam hal peringatan hardiknas pun memang masih tetap berlangsung, dan hal ini dibuktikan dengan surat himbauan kepada seluruh pemimpin diseluruh Indonesia yang berasal dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Upacara peringatan hardiknas tahun ini pun akan berlangsung pada tanggal 2 Mei 2012 dengan kembali mengusung sebuah tema yaitu “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Kiranya hardiknas pada tahun ini dengan mengusung tema yang sangat luar biasa ini, dapat dijadikan sebuah momuntem penting untuk kita semua, dalam hal mengevaluasi pendidikan nasional untuk menjadi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline