Lihat ke Halaman Asli

Teori Masyarakat dan Media

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat dan media merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ibaratkan dua sisi koin yang berbeda tetapi satu.  Dalam berbagai persepsi yang berbeda-beda akan tetapi makna dari kedua sisi tersebut tetap satu dan sulit untuk dipisahkan, bahkan bisa dikatakan sebagai hal yang mustahil. Ada beberapa dari mereka yang mengatakan dan memahami bahwa masyarakatlah yang membentuk media dan ada juga dari mereka yang beranggapan berbeda bahwa medialah yang mengontrol masyarakat. Kedua pemahaman tersebut memanglah cukup berbeda, akan tetapi maknanya tetap sama yakni masyarakat dan media adalah kedua hal yang berbeda tapi tidak dapat terpisahkan, yang sama halnya seperti dua sisi koin.

Berangkat dari hal tersebut saya coba mendekatkannya kepada teori masyarakat dan teori medi yang dikemukakan oleh para ahli. Teori pertama yang saya coba gunakan untuk pahami lebih jelas menyangkut masyarakat dan media tersebut adalah teori masyarakay massa. Didalam karya-karya yang banyak ditulis oleh beberapa ahli, contohnya seperti Giner. Giner (1979) mengemukakan Teori masyarakat massa adalah teori yang menekankan ketergantungan timbal-balik antara intitusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas. Dengan demikian isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Namun media tetap memiliki kecendrungan untuk publik bebas dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya. Yang artinya dalam pemahaman saya menyangkut teori ini adalah, mereka para kelompok masyarakat elit yang mempunyai kekuasaan dapat mengintervensi media-media untuk menyuguhkan berita-berita yang baik untuk mereka kepada masyarakat. Dan bahkan bisa memutar balikan fakta terkait persoalan mereka di ranah publik atau mencoba untuk mengalihkan isu terkait rezimnya agar publik seakan lupa dengan persoalan tersebut. Dan kiranya realitas dari teori ini banyak terjadi dan ditemukan di bangsa ini.

Melaui teori masyarakat massa tersebut diatas, kiranya saya dapat menghubungkannya dengan kasus yang cukup relevan dengan teori tersebut. Contoh kasus yang saya angkat adalah contoh kasus yang terjadi pada salah satu mantan anggota polri yang terkenal lewat video clipsing nya di dunia maya. Norman Kamaru yang pada saat itu merupakan anggota korps brimob polri daerah Gorontalo, bergoyang dan menyanyikan lagu india dengan masih menggunakan baju dinasnya yang kemudian tersebar kedunia maya. Karena respon masyarakat terhadap video Norman tersebut sangat positif dan membuat berbagai kalangan masyarakat sangat mengaguminya, membuat intitusi polri pun bergerak cepat dengan mengundang dan menghadirkan Norman kejakarta.

Setelah datangnya Norman dijakarta untuk memenuhi panggilan Kapolri, norman pun menjadi sorotan berbagai media. Sangat aneh jika seorang anggota polsri yang dikenal institusi ini sangat begitu disiplin bisa mengizinkan Norman untuk tidak berdinas di daerah dinasnya yakni di Gorontalo. Norman malah diizinkan untuk memenuhi berbagai panggilan acara di sejumlah media baik itu elektronik dan cetak, dan jumlah bayaran yang diterimanya bisa dibilang angat fantastis. Siapa yang tau kalau ini merupakan strategi institusi polri untuk mengembalikan citranya yang sudah tercoreng di mata masyarakat akibat kasus rekening gendut di tubuh polri. Ditengah tercorengnya polri dimata masyarakat dan publil akibat kasus rekening gendut tersebut, yang membuat kalangan masyarakat menilai lembaga yang diharapkan sebagai lembaga/institusi yang dapat mengawasi dan memberikan rasa nyaman dimasyarakat, akan tetapi diinternalnya mereka pun terjadi penyelewangan. Kalau yang mengawasi sama yang diawasi sudah sama-sama menyimpang, mau dibawa kemana negara ini. Itulah kiranya persepsi atau opini yang terbangun dimasyarakat. Dan hal tersebut dikarenakan media yang berhasil selalu memantau perkembangan kasus tersebut.

Oleh karena itu, kemunculan Norman Kamaru dengan baju dinas instansi polrinya di youtube sambil bergoyang India dan sangat direspon positif oleh masyarakat membuat institusi polri memanfaatkan momen tersebut sebagai alat atau fasilitas untuk mengembalikan kepercayaan masyarkata terhadap institusi mereka. Norman pun seperti alat mereka untuk mengembalikan citra mereka tesebut, dengan diikinkannya Norman menerima berbagai macam kontrak kerja di pelbagai acara-acara distasiun tv. Dan penampilan Norman di media-media pun selalu mengenakan seragam lengkap institusinya. Hingga persepsi yang terbangun di masyarakat adalah polisi itu sopan, menyenangkan dan bisa menghibur masyarakat, sehingga masyarakat pada saat itu seakan lupa dengan kasus rekening gendut yang terjadi ditubuh polri. Kenapa media bisa dengan begitu persuasifnya menyorot dan memberitakan Norman Kamaru, hal ini tentunya meruapakan stategi intitusi polri untuk mengalihkan isu terkait kasus yang mencoreng institusinya beberapa waktu yang lalu. Intitusi polri yang tercoreng dan menjadi bahan pemberitaan berbagai media pada saat itu, ketika kehadiran Norman Kamaru menjadikannya sebagai alat pencitraan mereka kembali. Melalui media kembali polri mengembalikan citranya, karena media mampu membangun persepsi masyarakat dan hal itu tidak lepas dari intervensi intitusi yang bersangkutan.

Kesimpulannya adalah media mampu membangun persepsi masyarakat terhadap sesuatu hal, dan pembangunan persepsi tersebut jelas sangat berkaitannya dengan para pemegang kekuasaan yang ada. Ketika media membangun persepsi tentang hal-hal yang buruk terhadap masyarakat oleh pemegang kekuasan, maka pemegang kekuasaan akan berusaha mengembalikan atau membalikan persepsi tersebut melalui media pula.

Teori Masyarakat dan Media

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline