Lihat ke Halaman Asli

Roikhatun Nurul Janah

Mahasiswa/Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Mengintip Pelaksanaan Literasi Numerasi di Sekolah: Apakah Teori dan Praktik Sudah Maksimal?

Diperbarui: 15 Januari 2025   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Literasi dan numerasi merupakan dua kompetensi dasar yang memiliki peran penting dalam pendidikan, terutama di tingkat sekolah menengah pertama. Menurut Akmalia (2023) Literasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan kemampuan memahami informasi dari berbagai sumber secara kritis. Sementara itu, Pulungan (2022) menjelaskan bahwa numerasi adalah kemampuan untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, tantangan dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa bukanlah hal yang mudah. Penelitian oleh Dantes dan Handayani (2021) menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan memahami konsep dasar matematika akibat kurangnya metode pembelajaran yang relevan dan inovatif. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Widyati, Mulyadi, & Susanto (2023) yang menyebutkan bahwa konsentrasi belajar siswa memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika mereka. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang efektif sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan ini.

Sekolah yang dioservasi menjadi salah satu sekolah yang berkomitmen dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa melaluiiprogram inovatif seperti penerapan model pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS). Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah program literasi pagi sebelum jam pelajaran dimulai, untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah ini sesuai dengan temuan bahwa pembelajaran berbasis HOTS mampu meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa secara signifikan. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa memahami teori tetapi juga memberikan keterampilan praktis yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya pemahaman literasi dan numerasi dalam konteks kehidupan nyata membuat sekolah ini melakukan observasi terhadap siswa kelas VII. Observasi tersebut bertujuan agar siswa memahami kemampuan literasi, numerasi, dan pemahaman matematika, serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Hasil dari observasi ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih efektif, agar siswa tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga siap menghadapi tantangan masa depan.

Pendekatan yang tepat dalam meningkatkan literasi dan numerasi merupakan tabungan untuk jangka panjang yang tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik, tetapi juga bagi tenaga pendidik dan peneliti di masa mendatang. Dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis literasi dan numerasi ke dalam metode pengajaran, kita dapat membangun generasi yang kompeten, kritis, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Penelitian yang dilakukan melibatkan 31 siswa kelas VII sebagai subjek. Data diperoleh melalui angket yang mencakup berbagai aspek literasi numerasi, serta melalui wawancara mendalam untuk melengkapi hasil analisis. Dari angket tersebut, rata-rata skor literasi numerasi siswa tercatat sebesar 48,6 dari total 75. Sebagian besar siswa, yaitu 27 orang, berada di kategori menengah, sedangkan 4 siswa masuk di kategori atas. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik sedangkan sebagian besar masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut.
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan antara kemampuan siswa dalam operasi dasar matematika dan pemahaman mereka terhadap data atau simbol yang lebih kompleks. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan operasi dasar seperti penjumlahan dan pengurangan, namun sering mengalami kesulitan saat diminta membaca grafik atau tabel. Sebagai contoh, banyak siswa hanya bisa mengidentifikasi angka dalam grafik tanpa mampu memahami hubungan antar data atau menarik kesimpulan dari informasi tersebut.

Melalui wawancara diketahui bahwa siswa menghadapi kendala dalam menerapkan literasi numerasi dalam aktivitas sehari-hari. Beberapa di antaranya jarang menggunakan konsep pecahan, desimal, atau persen dalam kegiatan seperti berbelanja atau menghitung uang. Selain itu, hanya sedikit siswa yang mampu menggunakan data untuk mengambil keputusan atau memprediksi hasil tertentu.

Salah satu kelemahan siswa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis data. Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang ditampilkan dalam tabel atau grafik dan belum terbiasa menggunakan data untuk menyelesaikan masalah praktis, seperti menyusun rencana keuangan atau membuat keputusan berdasarkan data statistik. Situasi ini menunjukkan pentingnya memberikan latihan tambahan agar siswa dapat mengaitkan konsep matematika dengan situasi nyata yang mereka hadapi sehari-hari.

Untuk mengatasi masalah yang telah disebutkan tadi, pihak sekolah telah mengadakan program literasi pagi yang bertujuan melatih siswa berpikir kritis sebelum pembelajaran dimulai. Namun, efektivitas program ini masih perlu ditingkatkan. Strategi seperti pembelajaran berbasis masalah, kurikulum yang lebih kontekstual, penerapan teknologi dalam pembelajaran, serta pelibatan orang tua dapat menjadi solusi yang efektif untuk membantu meningkatkan literasi numerasi siswa.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menekankan pentingnya perhatian lebih untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa. Dengan dukungan yang tepat, diharapkan siswa bisa lebih memahami dan menggunakan keterampilan numerasi dalam kegiatan sehari-hari mereka.

Literasi dan numerasi merupakan kompetensi penting dalam pendidikan, terutama di tingkat sekolah menengah pertama, yang tidak hanya melibatkan kemampuan akademis dasar tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun  Sebagian siswa memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik, mayoritas masih memerlukan pengembangan lebih lanjut, terutama dalam memahami data kompleks, dan mengaitkan konsep matematika dengan situasi nyata.

Sekolah yang diobservasi ini telah menerapkan program inovatif seperti literasi pagi dan pembelajaran berbasis HOTS, namun efektivitasnya masih perlu ditingkatkan. Strategi tambahan, seperti pembelajaran berbasis masalah, kurikulum kontekstual, dan pelibatan teknologi serta orang tua, diusulkan untuk mengatasi tantangan ini. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan siswa dapat lebih kompeten, kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan, menjadikan literasi dan numerasi sebagai landasan jangka panjang bagi generasi yang adaptif terhadap perubahan zaman.
 
Dosen Pengampu  : Dr. Hevy Risqi Maharani, S.Pd., M.Pd. 

Mata Kuliah : Problematika Pembelajaran Matematika

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline