Lihat ke Halaman Asli

Roidah

mahasiswa

Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 27 Desember 2022   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ABSTRAK

Keluarga memainkan peran penting sebagai dasar perkembangan emosional dan sosial seorang anak. Pertemanan juga mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Perkembangan psikososial anak ditandai dengan perubahan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang persyaratan dan peraturan yang berlaku. Pengetahuan tentang perkembangan psikososial anak membantu orang tua dan guru untuk menghadapi tantangan dalam pengasuhan dan pendidikan anak/siswa serta membantu mengoptimalkan proses perkembangan yang dialami anak secara tepat.

Pembahasan

Dalam psikologi perkembangan , banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalamhal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah "psikososial" dalam kaitannya dalam perkembangan manusia berarti tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal dibentuk oleh pengaru-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan sesorangmatang secara fisikdan psikologis.[1]    

 

Perkembangan Psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi, motivasi, dan perkembangan pribadi manusia serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Saat si anak mulai menginjak bangku sekolah, pada masa inilah pola perilaku sosial si anak akan terlihat. Beda ketika si anak masih bayi atau balita misalnya, yang hanya mengenal keluarga dan orang-orang terdekatnya. Saat memasuki usia sekolah, si anak sudah mampu bersosialisasi lebih luas, yakni dengan teman sebaya, guru, adik, dan kakak kelas, serta lainnya.[2]  

 

Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson[3] :

 

  • Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun) Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa.
  • Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun) Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.
  • Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun) Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan- harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
  • Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun) Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.
  • Tahap V : Identity versus Role Confusion (12-18 tahun) Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan.
  • Tahap VI : Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda) Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
  • Tahap VII : Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah) Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak 5 berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian.
  • Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir) Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

 

            Peran keluarga dalam Perkembangan Psikososial Anak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline